post image
KOMENTAR
Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pujonugroho menjamin tidak akan ada diskriminasi etnis termasuk etnis pendatang seperti keturunan Tionghoa di Sumut karena semuanya bersaudara sebagai "Orang Sumut".

"Kita harus komit dan konsisten terhadap eksistensi Sumut maupun masa depan Indonesia adalah masyarakat harmonis, toleran dan rukun," ujarnya dalam sambutan dibacakan Kepala Badan Kesbangpol Linmas Sumut, Eddy Syofian MAP, Sabtu (7/12/2013) malam.

Dihadapan ribuan warga keturunan Tionghoa maupun masyarakat asli Tionghoa yang datang dari RRC seperti Hongkong dan lainnya di Ballroom Hotel Grand Angkasa Medan, Eddy menegaskan, sikap Gubsu yang sangat menghargai kemajemukan.

"Sumut adalah rumah besar kita semua," tegasnya pada Resepsi Perayaan Hari Ulang Tahun ke-60 Perkumpulan Sosial Marga Wu (Ng) Sumut yang dihadiri Wakil Ketua Perkumpulan Marga Wu se Dunia dari Hongkong.

Hadir juga Ketua Dewan Kehormatan Perkumpulan Sosial Marga Wu Dr Eddie Kusuma SH MH, Ketua Dewan Penasihat Dr HC Adjie Susanto, Ketua Dewan Pengawas Eddy Virgo serta Ketua Umum Perkumpulan Sosial Marga Wu Sumut Ngadiman dan Ketua Panitia Ng Tjiu Sen/ Alex.

Lebih lanjut Gubsu memaparkan pernyataannya yang merupakan penegasan bahwa kemajemukan adalah permakluman suci. Keragaman Indonesia ibarat taman dengan beragam bunga.

"Pluralisme hidup dalam ekspresi identitas budaya masing-masing. Kebedaan hidup subur dalam kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika," ujarnya.

Gubsu mengakui pada masa lalu, Tionghoa, dikesankan sebagai salah satu kelompok etnis masyarakat yang relatif sulit berintegrasi dengan suku lain, disebabkan suasana saling curiga.

"Ada ironi, di satu pihak kekuatan dan pengaruh mereka diakui cukup besar, khususnya dalam bidang ekonomi, namun di pihak lain sebagian mereka merasa didiskriminasi . Terjadi segregasi sosial, berkembanglah diskriminasi," ujarnya.

Dewasa ini tegasnya sekat-sekat legal itu dibuka dan ada semacam "kebangkitan etnis Tionghoa", dengan bentuk antara lain ekspresi budaya etnis Tionghoa dan hak-hak sebagai warga negara Indonesia.

"Eksistensi 60 tahun Perkumpulan Sosial Marga Wu di Sumut perlu kita apresiasi karena, secara terprogram, lembaga ini memberikan sumbangan dalam proses pembangunan bangsa di Indonesia terutama percepatan pembauran etnis Tionghoa menjadi bagian integral bangsa atau masyarakat Indonesia. Cita-citanya etnis Tionghoa menjadi bagian utuh kemajemukan Indonesia," jelasnya.

Sudah waktunya kita tinggalkan sikap saling curiga dan perlu akses selebar-lebarnya bagi mereka terlibat dalam berbagai kegiatan, demikian Eddy Sofyan. [ded]

Pemprov Sumut Segera Bagikan Rp. 260 Miliar Bantu Warga Terdampak Covid 19

Sebelumnya

Kadispar: Kalau Ada yang Bandel tak Ada Rasa Kemanusiaannya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Pemerintahan