post image
KOMENTAR
Dualisme kepengurusan di internal Partai Golkar yang berlarut-larut membuat banyak kader partai berlambang pohon beringin apatis. Bahkan, di antaranya tengah bersiap-siap eksodus ke parpol lain. Sedangkan para loyalis Golkar memilih ingin istirahat dari perpolitikan nasional.

Demikian diungkapkan politisi senior Partai Golkar, Hajriyanto Y Thohari. Dia mengungkapkan, situasi dan kondisi partai yang mengalamai perpecahan akibat segelintir elite yang mementingkan kelompoknya, membuat keluarga besar Partai Golkar secara menyeluruh marah marah besar.

Di antara yang sangat marah tersebut, kata Hajriyanto, bahkan menjadi sangat apatis. Kendati begitu, para kader beringin itu masih menunggu dan ingin melihat Partai Golkar kembali utuh dan harmonis.

Jika konflik terus berlarut dan tidak bisa mengakhiri, bakal ada perpecahan. Banyak yang ingin mengucapkan selamat tinggal Partai Golkar. Mereka berniat eksodus ke partai lain,” ungkap Hajriyanto kepada Rakyat Merdeka.

Kata Hajriyanto, di luar kader yang ingin eksodus ke parpol lain, mereka yang masih loyal kepada Golkar, untuk sekarang ini jusrtu ingin istirahat dari hiruk pikuk perpolitikan nasional.  Para loyalis Golkar ini, kata dia, tidak ingin keluar dan berbagung dengan parpol lainnya.

"Banyak pengurus yang apatisme, sinisme. Sekarang ini orang Golkar sarkas kalau bertemu. Kalau ngobrol isinya pasti apatisme," katanya.

Hajriyanto berharap juru runding kedua kubu yang akan bertemu pada 8 Januari memberikan dampak yang positif bagi kelangsungan partai. Dia mengaku memiliki optimisme bahwa nanti pada waktunya nanti, kubu Agung Laksono dan kubu Aburizal Bakrie pasti akan menemukan dan menyepakati formulasi rekonsiliasi.

"Jalan tengah, memang kedua kubu, ada sikap saling mengalah, saling menekan egonya masing-masing dan juga saling bersikap untuk melakukan win-win solution. Yang terakhir harus saling menjaga agar tidak ada pihak yang lose," ujarnya.

Bekas wakil ketua MPR ini menambahkan, supaya kedua pihak tidak kehilangan muka, dan Partai Golkar bisa kembali utuh, alternatif yang paling mungkin adalah menggelar Musyawarah Nasional (Munas) Rekonsiliasi. Dengan Munas Rekonsiliasia, baik kubu Munas Ancol dan Bali sama-sama diberikan kesempatan untuk tanding kembali.

"Formulasi terakhir ya memang harus Munas bersama," tukasnya.

Bendarahar Umum Partai Golkar versi Munas Bali, Bambang Soesatyo mengatakan, belum ada perubahan posisi dalam proses perundingan antara Golkar kubu Aburizal Bakrie dan kubu Agung Laksono. Keduanya, sepakat akan melanjutkan perundingan pekan depan.

Kendati begitu, politisi yang akrab disapa Bamsoet ini menegaskan, apapun hasil atau kondisinya, tidak mungkin memaksa Golkar keluar dari Koalisi Merah Putih (KMP). Dia menegaskan, negera ini butuh partai penyeimbang yang kuat dan kritis agar tidak ada lagi penyalahgunaan kekuasaan dan perampokan keuangan negara seperti kasus BLBI dan Skandal Century.

Kalau semua tutup mulut karena sudah mendapat bagian, siapa yang dirugikan? Pasti yang rugi adalah negara dan rakyat bukan?" tegasnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Jakarta, Agung Lakono ngotot dengan lima syarat untuk diajukan dalam islah. Kata Agung, tidak ada tawar menawar dalam proses perundingan yang akan digelar pada 8 Januari 2015.

Agung mengatakan, kelima syarat islah tersebut merupakan hasil Munas di Jakarta sehingga tidak bisa ditawar-tawar. Kelima syarat itu adalah memberi dukungan ke pemerintahan pada posisi sebagai mitra yang kritis, Golkar keluar dari KMP, Pilkada langsung, Pilpres langsung, serta Pileg dengan sistem proporsional terbuka.[rgu/rmol]

Ganjar Pranowo Dilaporkan ke KPK, Apakah Prediksi Fahri Hamzah Terbukti?

Sebelumnya

Apple Kembali Alami Kenaikan Pendapatan, Kecuali di China Raya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa