post image
KOMENTAR
Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2015 dinilai masih terus melambat. Hal ini disebabkan rendahnya harga komoditas yang menyebabkan melemahnya permintaan masyarakat.

Selain itu, banyaknya jumlah penduduk Sumut yang bergantung dengan hasil perkebunan membuat pengaruh terhadap daya beli cukup tinggi.

"Padahal sempat diperkirakan meningkat dengan adanya konsumsi saat Ramadhan dan Idul Fitri 2015. Perekonomian kita perkirakan masih akan melambat karena tidak adanya indikator penggerak.Tidak ada uang di tingkat masyarakat, karena  selama ini masih bergantung dari hasil kebun," kata Kepala Bank Indonesia (BI) Sumut, Difi A Johansyah pada Pelatihan Wartawan Ekonomi dan Bisnis Sumut dan Aceh 2015 di The Hill Hotel and Resort Sibolangit, Selasa (9/6/2015).

Difi mengatakan, masih rendahnya permintaan perdagangan dari negara-negara importir terhadap berbagai produk asal Sumut membuat nilai ekspor sulit naik. Sementara pada sisi impor, ketergantungan daerah ini masih tinggi.

"Perdagangan kita juga masih lemah karena permintaan turun, terutama di Tiongkok masih menjadi pasar utama merevisi pertumbuhan ekonomi," ujarnya.

Dikatakan Difi, prediksi ini akan berubah dan membalik meningkat jika tingkat konsumsi pemerintah meningkat. Saat ini masih sangat rendah, karena anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) belum  terealisasi pada triwulan II 2015.

"Jika nomenklatur (perubahan ketentuan) ini selesai saya perkirakan baru ada peningkatan perekonomian. Ini yang diharapkan bisa mendongkrak karena konsumsi pemerintah cukup besar pengaruhnya," demikian Difi. [ben]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Ekonomi