post image
KOMENTAR
KENAPA banyak anak muda sekarang jadi teroris? Seperti halnya Afif alias Sunakim teroris Jalan Thamrin yang seperti koboi menembak massa, yang usianya ternyata baru 20 tahun.

Kalau dilihat secara statistik rata-rata teroris dan pelaku bom bunuh diri umumnya memang anak muda.

Lalu kalau dideskripsikan dan dikasih identitas psikologis seperti apa sebenarnya umumnya sosok generasi muda Indonesia hari ini di tengah hilangnya keteladanan dan lenyapnya role model atau ideal type di dalam masyarakat, dan di tengah kekosongan ideologi Panca Sila?

Anak muda sekarang umumnya disebut anak muda galau, bete, gabut, lebay, baper, alay, jablay, kamseupay, sampai ada istilah cabe-cabean.

Dulu ada generasi muda yang disebut generasi cuek, generasi cross boy, slonong boy, flower generation, dan seterusnya. Jadi tiap zaman ada identitas psikologisnya dan secara visual bisa dideskripsikan, mulai dari model rambut, model pakaian, bahasa pergaulan, dan seterusnya.

Generasi muda sekarang sejak kecil tumbuh bersama gadget: game, handphone, internet, sinetron dan mall. Di SD mengendarai motor, aktualisasinya jadi anggota geng motor, kenal dengan narkoba, pornografi, tawuran, dan berbagai pengaruh negatif dari kemajuan tekhnologi yang tidak difilter secara sungguh-sungguh oleh pemerintah.

Ternyata bukan cuma teroris yang pelakunya orang-orang muda, koruptor pelakunya saat ini pun umumnya dari kelompok usia muda, bahkan MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA di era SBY adalah pelaku korupsi. Penerima suap dan pelaku korupsi di DPR sampai DPRD umumnya juga anak muda.

Generasi muda Indonesia hari ini umumnya kehilangan orientasi, tidak mengetahui konsepsi kemana arah bangsa dan negara ini ke depan, lantaran para elitnya tidak mampu merumuskan masa depan bangsa dan negara sendiri, karena sibuk bertikai untuk urusan-urusan norak yang tidak ada sangkut pautnya dengan visi bangsa dan negeri, tapi ribut melulu soal Pilpres, Pilkada, KPK, debat soal korupsi tapi koruptornya makin banyak, dan wibawa parlemen yang semakin hancur, terutama DPR.

Belakangan ini di media massa, khususnya televisi, meriah sekali hastag atau jargon #KamiTidakTakut, untuk merespon aksi teror yang terjadi di Jalan Thamrin.

Hastag atau jargon seperti itu sesungguhnya memalukan, sebab kalau ditanya apa sebenarnya yang sudah kita lakukan untuk mengantisipasi aksi-aksi terorisme selama ini, apakah sudah benar-benar melibatkan masyarakat sampai ke lapisan bawah, seperti peran serta RT dan RW untuk mengontrol identitas warganya, apa langkah konkret pemerintah untuk mengatasi kemiskinan, pengangguran, dan kaum muda yang telantar pendidikannya yang terbukti jadi ladang subur bagi bibit-bibit terorisme.

Memang benar kita ini bangsa pejuang, bisa merebut kemerdekaan dengan usaha sendiri lewat senjata dan diplomasi, tapi saya malu kalau sekarang kita jadi sok jagoan, menantang-nantang teroris secara sok gagah tanpa konsepsi dan sistematika yang jelas dan masif untuk mengantisipasi dan penghadapinya.

Jangan-jangan hastag atau jargon seperti itu mencerminkan generasi lebay, generasi alay seperti sekarang ini. ***

Komunitas More Parenting Bekerja Sama Dengan Yayasan Pendidikan Dhinukum Zoltan Gelar Seminar Parenting

Sebelumnya

Sahabat Rakyat: Semangat Hijrah Kebersamaan Menggapai Keberhasilan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Komunitas