post image
KOMENTAR
Suksesnya penggerebekan Yayasan Kasih Anugerah Bangsa, oleh tim gabungan dari Polres Binjai, Kodim 0203/Langkat, BNNK Binjai, BNNK Prov Sumut, Pemko Binjai, serta Dinas terkait lainnya, tidak lepas dari laporan seorang pasien yang berhasil melarikan diri dari yayasan tersebut.

Dari penelusuran Medanbagus.com, Edi Sembiring (31), salah seorang pasien panti rehabilitasi yayasan Kasih Anugerah Bangsa, warga Jalan Mang Anam, kecamatan Medan Deli, Kota Medan akhirnya memilih kabur setelah  tak kusa menerima penyiksaan yang terus dialamatkan kepadanya selama menjadi pasien.

Menurut Edi, dia bukan saja disiksa, akan tetapi juga dipaksa dan diwajibkan untuk menghapal ayat dari Alkitab.

Keadaan berat yang dialaminya itu memaksanya untuk lari dengan cara menjebol seng dan melompat ke pinggir sungai.
 
"Saya tidak sanggup di tempat itu, setiap hari selalu siksaan yang terus saya rasakan. Bahkan kaki saya juga di rantai dan saya di Baptis. Saya juga dipaksa untuk menghapal ayat ayat dari kitab Nasrani. Saya tidak sanggup makanya saya nekad kabur dan langsung sembunyi di rumah kawan karena saya tidak berani pulang ke rumah," tutur Edi Sembiring kepada Medanbagus.com, Kamis (29/12)

Diakui Edi Sembiring, awalnya dirinya masuk ke panti rehabilitasi tersebut atas anjuran keluarga karena ingin sembuh dari pengaruh narkoba yang dideritanya.

"Namanya Panti Rehabilitasi ya berarti menyembuhkan pasien. Ini malah menyiksa, memukul, dan ada juga yang meninggal. Memang sudah tidak manusiawi panti rehab itu, tidak memanusiakan manusia, yang ada kami semakin sakit, dan bisa bisa cuma mengantar nyawa," bebernya dengan penuh semangat.

Dirinya juga mengatakan awal mula dirinya masuk yaitu pada tanggal 15 November 2016, dan berhasil kabur pada tanggal 18 Desember 2016.

"Saya disana dirubah namanya. Nama saya di ganti dengan nama 'Elegan'. Sebulan lebih saya disana, setiap hari saya disiksa. Saya nekad kabur sekitar jam satu malam," ucapnya.

"Sama sekali Tidak ada metode rehab yang sudah disepakati dengan keluarga saya, bahkan saya merasa hak-hak kita sebagai manusia telah di cabut, saya di perlakukan seperti binatang," sambungnya.

Edi Sembiring juga mengatakan bahwa para pengawas di panti tersebut tidak punya hati nurani. Para pasien tidak diperkenankan berinteraksi langsung dengan keluarganya yang datang.

"Menurut kawan-kawan, mereka hanya boleh ketemu dengan keluarga setelah menjalani rehab selama tiga bulan. Itupun harus dengan kaki di rantai. Bahkan ketemunya tidak bisa langsung," jelasnya.

Saat ditanya berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk masuk ke panti rehab tersebut, dirinya tidak tahu persis berapa biaya yang harus di bayar oleh keluarganya kepada pihak yayasan.

"Kalau untuk biaya daftar atau masuk, saya tidak tau. Tapi kalau untuk biaya makan saya tau. Itu di tentukan dari warna piringnya. Untuk pasien yang memakai piring warna merah wajib membayar Rp. 2 juta/bulan, piring warna ungu Rp. 1,5 juta/bulan, sedangkan piring warna biru Rp. 1 juta/bulan. Sementara itu kami dikeluarkan paling 1 jam. jam 5 pagi untuk bekerja, sarapan, setelah itu menghapal ayat-ayat Alkitab. Kalau kita tidak hapal pasti akan diolesi balsem di atas mata kita, sementara kalau kita melawan, maka pengawas langsung menyeret kita dan kita langsung dipasung dan terus dipukuli," jelasnya lagi.

Walaupun dirinya bersyukur bisa bebas, namun dirinya juga merasa kasihan dan prihatin dengan teman temannya sudah lama di yayasan tersebut.

"Teman teman saya semuanya merasa tertindas, dijadikan budak, di suruh meangkat pasir, disalib, dipukuli, bahkan mandi pun kita di borgol, kesalahan kecil diperbesar," bebernya sembari mengatakan kalau dirinya pertama kali masuk digabungkan dengan orang gila yang buang air kecil dan juga buang air besar di ruangan itu juga.

Saat dirinya dipertemukan dengan teman temannya yang baru di bebaskan dari Yayasan Kasih Anugerah Bangsa, suasana haru langsung menyelimuti ruangan tempat para pasien di kumpulkan di dalam ruangan yang disediakan oleh Pemko Binjai. Mereka saling berpelukan dan mengucapkan terima kasih kepada Edi Sembiring. Bahkan ada beberapa pasien yang menangis haru.

Begitupun Edi Sembiring bersyukur karena teman temannya sekarang bisa bebas dari panti rehabilitasi tersebut. Dirinya juga berharap agar kelak teman temannya menjadi manusia yang berguna bagi Nusa dan bangsa. [hta]


 

Komunitas More Parenting Bekerja Sama Dengan Yayasan Pendidikan Dhinukum Zoltan Gelar Seminar Parenting

Sebelumnya

Sahabat Rakyat: Semangat Hijrah Kebersamaan Menggapai Keberhasilan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Komunitas