
Kata Mazuki, selama ini ada anggapan bahwa menjadi ketua umum partai adalah pengorbanan, karena sudah mau mengeluarkan biaya waktu tenaga. Sebagai konpensasi seolah menjadi hak utama ketua umum untuk menjadi capres.
"Padahal, seharusnya pimpinan parpol itu memperjuangkan partainya. Mempersiapkan kader-kadernya untuk mengisi ruang-ruang jabatan publik. Jadi, bukan untuk memperebutkan kekuasaan, tapi king maker," ujar Marzuki di Gedung DPR, Senin (24/9).
Menurut Marzuki, sekarang ini banyak figur yang baik, berkualitas, punya kompetensi, dan visi bagus. Tapi, calon tersebut tidak punya ruang untuk diusung karena para pimpinan parpol masing ngotot maju sendiri.
Untuk mendorong munculnya Capres Alternatif, Marzuki juga setuju dengan usulan president threshold sama dengan angka parliamentary threshold, yaitu 3,5 persen.
"15 persen terlalu tinggi dan yang maju itu-itu saja. Akhirnya kita terkooptasi oleh elite-elite yang orangnya kita ketahui sebatas itu saja. sebetulnya banyak juga yg lebih baik," tuturnya.
Marzuki pun tidak khawatir nanti akan terlalu banyak capres. Kata dia, hal itu justru bagus untuk masyarakat.
"Supaya ada pilihan. Rakyat harus dihadapkan kepada pilihan. Kalau tidak dihadapkan pada pilihan pemimpin yang banyak, menjadi terbatas dan akhirnya yang dipilih itu-itu juga," tandasnya.[dem]
KOMENTAR ANDA