post image
KOMENTAR
Indonesia tidak benar-benar merdeka. Sebab tidak lebih dari 25 tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan, tanah air dan bumi pertiwi Indonesia telah jatuh kembali ke tangan penjajahan asing.

Kini, kata Koordinator Petisi 28 Haris Rusli, seluas 42 juta hektar tanah Indonesia dikuasai oleh perusahaan tambang asing, dan seluas 95 juta hektar telah dikuasi perusahaan migas asing. Sementara itu, seluas 32 juta hektar tanah Indonesia telah jatuh ke perusahaan perkebunan, sementara sembilan juta hektar digunakan hanya untuk hak guna usaha (HGU) sawit. Bila dijumlah, total tanah Indonesia yang jatuh ke tangan asing dan antek anteknya mencapai 173 juta hektar.

"Berapa luas Indonesia? 195 juta hektar. Jadi tanah yang dikuasai imperialisme dan antek-anteknya setara dengan 93 persen luas daratan Indonesia. Lalu dimana Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)," kata Haris dalam keterangan tertulis kepada Rakyat Merdeka Online, Kamis malam (4/10).

Selain persoalan tanah, hal yang juga menjadi Haris di Hari Ulang Tahun TNI ke-67 ini adalah terkait dengan sektor keuangan. Saat ini, sekitar 65-70  persen perbankan nasional dikuasi asing. Begitu juga, 95 persen keuangan pertambangan mineral dikuasai asing. Sementara itu, 75 persen keuangan pertambangan batubara dikuasasi asing.

Haris mengingatkan bahwa saat ini, mayoritas keuangan perkebunan dan kehutanan dikontrol asing. Bahkan 95 persen sektor keuangan asuransi pun dikuasai asing. Di luar itu, utang luar negeri Indonesia terus membumbung tinggi, dan mencapai Rp 2.000 triliun lebih.

Dalam sektor perdagangan, lanjut Haris, juga tidak lepas dari cengkeraman asing. Ritel-ritel asing tumbuh bagaikan jamur di musim hujan. Sementara  sebanyak 65 persen bahan pangan yang dikonsumsi Indonesia merupakan diimpor.

"lalu dimana sapta marga," tanya Haris, sambil juga mengatalan bahwa sektor pertanian juga telah jatuh ke tangang asing, sementara tanah rakyat dirampas semena-mena, dan petani tidak lagi dapat memproduksi bibit karena paten benih telah jatuh ke tangan asing. Sedangkan petani yang mencoba memproduksi bibit sendiri, dipenjarakan secara semena-mena.

Selain penghisapan asing yang begitu menyakitkan, perampokan uang negara pun dilakukan. Pelaku perampokan APBN bisa saja birokrat negara maupun  dewan perwakilan rakyat. Kata Haris, APBN Indonesia senilai Rp 1.500 triliun lebih, telah habis dibagi-bagikan untuk presiden, gubernur, bupati, walikota, DPR, DPRD, dan elite penyelengara pemerintahan pada seluruh tingkatan. Disinilah, Haris menagih komitmen TNI.

"Dimana sumpah prajurit?" tanya Haris.

Dengan geram, Haris pun mengucapkan selamat ulang tahun untuk TNI.

"Selamat Hari ABRI 5 Oktober 2012, selamat bertugas di bawah panji-panji imperialisme dam neokolonialisme (nekolim)," demikian Haris. [rmol/hta]

Kegiatan Pengabdian FKM USU Sosialisasi Pemberdayaan Kesatuan Perempuan Pesisir Indonesia (KPPI) Melalui Inovasi Healthy Coconut Balm Untuk Meredakan Nyeri Haid Secara Alami Dan Pembentukan Komunitas Srikandi Bahari

Sebelumnya

Terima Audiensi RMOL Sumut, Rico Waas: Perlu Sinergitas untuk Sukseskan Pembangunan Medan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa