MBC. Sementara kalangan menilai Presiden SBY mengambil sikap agar perseteruan antara Mabes Polri dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) selesai. Namun, sayangnya Presiden SBY tidak turun tangan, hingga akhirnya peseteruan antara kedua institusi semakin meruncing.
Dan terbukti pada malam ini, polisi berencana akan menangkap penyidik KPK bernama Novel secara paksa. Novel diduga terlibat penembakan salah sasaran hingga korban meninggal. Kejadian itu terjadi pada tahun 2004 ketika Novel masih bertugas di Polda Bengkulu.
Mengenai ini, Rektor Universitas Paramadina Anis Baswedan kembali meminta SBY untuk membuka telinga. Ia harus mengambil peran atas kasus ini.
"Presiden SBY, (dengan turun tangan) bukan berarti intervensi. Tinggal ambil sikap atau mendiamkan," sambungnya saat ditemui di Gedung KPK, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Jumat malam (5/10).
Ia pun meminta seluruh pejabat negara dan anggota DPR untuk tidak memperkeruh keadaan.
"Semua yang diberi amanah itu harus mengambil sikap, berdiri paling depan untuk mendukung KPK. KPK sudah dipesimpangan jalan, KPK krisis. Jadi jangan hanya rakyat yang mendukung KPK," sambungnya.
Di tempat yang sama, Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie Massardi pun meminta Presiden SBY turun tangan.
"Situasi sudah seperti ini. Istana sudah tahu soal ini. Presiden harus memanggil Kapolri untuk menyelesaikan ini," tegasnya lagi. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA