
Seperti diberitakan mingguan Timor Leste, Perdana Menteri Xanana Gusmao menyambut gembira penangkapan kelima penyelundup itu.
Penangkapan keempat WNI tersebut dilakukan antara tanggal 18 hingga 20 Oktober lalu. Penyelundupan dilakukan dengan menggunakan pesawat Silk Air yang terbang dari Singapura. Hari Sabtu pekan lalu, Tempo Semanal mengikuti dari dekat kedatangan koper yang digunakan penyelundup untuk memasukkan narkoba ke Timor Leste. Koper-koper itu dikirimkan kepada seorang WNI yang telah ditangkap polisi Timor Leste.
Informasi yang dikumpulkan Tempo Semanal menyebutkan bahwa pihak berwenang di Timor Leste telah membangun komunikasi dengan pihak berwenang di Indonesia mengenai masalah ini.
Sementara itu, mantan presiden Jose Ramos Horta mengakui bahwa penyelundupan narkoba ke Timor Leste berasal dari negara-negara yang jauh seperti Afrika Selatan dan India, hingga Singapura dan Indonesia.
Horta juga mengatakan, jaringan penyelundup narkoba internasional mengetahui bahwa sistem hukum Timor Leste adalah yang paling lemah dalam menangkal kasus penyelundupan seperti ini.
"Mereka (penyelundup) tahu bahwa kita tidak memiliki hukuman mati, bahkan hukuman seumur hidup. Sementara mereka takut pada Singapura, Malaysia dan Indonesia," kata Horta.
Namun dia juga mengatakan, walau memiliki sistem hukum yang "baik hati" bukan berarti Timor Leste harus mengubah sistem hukumnya. Yang harus dilakukan Timor Leste, sebut Horta, adalah memperketat penjagaan di pintu-pintu masuk ke negara itu. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA