post image
KOMENTAR
Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Andi Arief, cukup geram dengan keterlibatan peneliti asing di beberapa situs di Indonesia.

"Peneliti Asing, dapat karpet merah di beberapa situs, termasuk di Borobudur," kata Andi Arief, Kamis (4/7/2013).

Pernyataan Andi Arief ini terkait dengan tim ahli dari Jerman yang datang ke Candi Borobudur untuk mengecek endapan abu vulkanik sisa erupsi Gunung Merapi. Kedatangan peneliti Jerman ini juga bersamaan dengan penyerahan bantuan dari pemerintah Jerman melalui UNESCO sebesar 134.072 euro di kompleks Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah (Rabu, (3/7/2013).

Dalam kesempatan itu, tim ahli konservasi asal Jerman, Esther von Plehwe-leisen, memastikan bahwa Candi Borobudur perlu diteliti secara intensif untuk kepentingan konservasi. Dalam hal konservasi, tim Jerman mau meneliti struktur batu dan sanitasi yang ada di Borobudur.

Kegeraman Andi Arief ini cukup beralasan. Selama ini, Andi percaya dengan kemampuan para peneliti dalam negeri. Maka dalam kasus situs Gunung Padang misalnya, ia selalu menolak tawaran kerjasama dari negara luar, hanya karena masih percaya dengan kapasitas peneliti yang ada di Indonesia.

Kegeraman Andi, yang juga inisiator Tim Terpadu Penelitian Mandiri Situs Gunung semakin bertambah karena kedatangan peneliti Jerman itu didampingi langsung oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Wiendu Nuryanti. Dengan kedatangan peneliti Jerman, Wiendu mengatakan bahwa memang perlu ada pelestarian jangka panjang terhadap Candi Borobudur.

"Percaya ada warga negara lain yang mau begitu saja menjadi pahlawan konservasi ? Hanya karena mereka membayar lalu wamendikbud harus mengantarnya. Makin jauh dari harapan, masih merunduk-runduk. Mental calo kebudayaan," demikian Andi Arief. [rmol/hta]

Pemantapan Sebelum Dipentaskan Diajang Bergengsi, Mantra Bah Tuah Mendulang Dukungan dan Apresiasi

Sebelumnya

Pakat Melayu, Tegaskan Komitmen Jaga Budaya Melayu

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Budaya