post image
KOMENTAR
Kinerja Kapolresta Medan, Kombes Pol Nico Afinta mendapat sorotan tajam terkait tewasnya pasangan suami istri yang berkorban nyawa atas maraknya aksi penjambretan di Kota Medan.

Kematian tragis pasutri yang baru dua bulan menikah itu terjadi akibat kejahatan jalanan yang terus berulang, tanpa mampu dicegah jajaran Polresta Medan. Akibatnya warga yang kehilang rasa aman dan nyaman mencoba melawan saat dirinya menjadi korban, sekalipun nyawa taruhannya.

Di tengah tingginya angka kejahatan jalanan di Medan, justru Polresta Medan dianggap lebih mengutaman pencitraan ketimbang memaksimalkan kinerjanya sebagai pelindung dan pengayom masyarakat.

Sinyalemen ini muncul saat Polresta Medan menggelar paparan kasus penangkapan pelaku penyiraman air keras, Minggu petang kemarin (3/11/2013). Pasalnya, paparan kasus itu sendiri sedianya akan digelar Sabtu, menyusul keberhasilan jajaran Polresta Medan mengungkap motif dan pelaku penyiraman air keras sehari sebelumnya, Jumat (2/11/2013).

"Ternyata betul. Gara-gara pingin dimuat (berita-red) hari Senin, makanya paparan hari Sabtu kemarin gagal," celetuk seorang wartawan media online  terbitan Jakarta.


Dalam pemaparan kasus itu, salah satu televisi berita nasional menyiarkan langsung wawancara Kapolresta Medan, Kombes Pol Nico Afinta atas keberhasilan jajarannya.

Tak hanya pada paparan kasus penangkapan pelaku penyiraman air keras saja, dalam beberapa kasus, Polresta Medan memang lebih sering mengekpose keberhasilan mereka dalam mengungkap sejumlah kasus. Dan keterangan pers yang disampaikan hampir selalu dihadiri Kapolresta Medan.

"Sudah boikot saja kalau gitu," kecam wartawan televisi lainnya.

Kinerja Polresta Medan sendiri saat ini tidak sepenuhnya bagus. Sejumlah kasus banyak yang tidak terungkap. Mulai dari perampokan toko emas sampai ke perampokan Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

Bahkan Kasatreskrim Polresta Medan, Jean Calvijn Simanjuntak tersandung kasus dugaan pemerasan. Dia dilaporkan mantan preman yang menjadi ustad, Anton Medan ke Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri.

"Saya melaporkan Kasatserse Polrestabes Medan berinisial JC lantaran suami keponakan saya mau diperas Rp 10 miliar," kata Anton kepada wartawan di kantor Sentra Pelayanan Propam Polri, Senin 16 September lalu. Kasus ini sendiri sudah disidangkan di Pengadilan Negeri Medan.

Sejatinya, kasus penjambretan di Medan sudah tak terhitung banyaknya dengan korban warga Medan maupun wisatawan mancanegara. Sebelum kematian pasutri warga Brigjen Katamso terjadi, sepasang anak baru gede (ABG) juga korban kekerasaan yang dikakukan sekelompok geng motor di Jalan Letjend. Suprapto Medan, persis di depan Denpom, Minggu (3/11/2013) dini hari, sekitar jam 1.30 WIB.

Akibatnya, korban yang diketahui bernama Martawinata (26), Warga Jalan Bromo Gang Sempurna, Medan, mengalami luka di bagian dada sebelah kiri, karena disabet senjata tajam yang dibawa para pelaku.

Hilangnya rasa aman dan nyaman ini tak hanya dirasakan warga Medan saja, tapi juga turis asing. Seperti yang dialami Chen Li (32), seorang wanita asal Taiwan. Dia menjadi sasaran para penjambret di Jalan Perintis Kemerdekaan, Minggu 6 Oktober 2013 siang.

Ketidakmampuan polisi mencegah aksi-aksi kejahatan jalanan inilah yang menyebabkan seorang korban perampokan enggan membuat laporan ke polisi. Adalah Lilie (28) warga Jalan Asia, Medan, menjadi korban jambret oleh dua pelaku  mengenderai sepeda motor jenis Mio di Jalan Madong Lubis depan pajak Beruang, Kecamatan Medan Kota pada 24 Oktober lalu.

"Tak usalah ngadu ke polisi, melaporpun tak ada artinya, justru bisa rugi lebih banyak," aku salah satu keluarga korban.

Menurutnya, temannya yang menjadi korban jambret itu dijadikan seperti "ATM" berjalan. Alasan minta uang sebagai biaya melacak pelaku yang berada di luar kota. "Sampai sekarang, sudah 7 bulan berlalu, pelaku belum juga berhasil ditangkap," imbuhnya.

Kapolresta Medan Kombes Pol Nico Afinta, medio Oktober lalu pernah berjanji akan mengantisipasi maraknya aksi kejahatan jalanan di Kota Medan dengan kembali mengoptimalkan Tim Pemburu Preman (TPP).

"Kami sangat mengharapkan polisi meningkatkan patroli," pinta kakak korban penjambretan di Madong Lubis itu. Baginya, patroli polisi bisa mencegah aksi kejahatan jalanan di Kota Medan.

Tapi sampai saat ini, patroli TPP tersebut tidak pernah terlihat masyarakat, baik pagi siang atau malam hari. Yang terjadi justru Kapolresta tampil wara wiri di media cetak dan televisi, sebagai bagian pencitraan, yang sebenarnya Polresta Medan hanya berperan sebagai pemadam kebakaran, hadir di saat korban sudah berjatuhan. [ded]

Hilangnya Jati Diri Seorang Siswa

Sebelumnya

Delapan Butir Maklumat KAMI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Opini