post image
KOMENTAR
Melonjaknya harga gas dari Rp 80.000 menjadi Rp140.000 per tabung yang telah diberlakukan pemerintah sejak 1 Januari 2014 lalu, membuat para pelaku rumah makan dan pedagang kecil menjerit.

Mereka terpaksa menaikkan harga harga jual untuk menutupi biaya operasional yang semakin membengkak.

Salah seorang pemilik rumah makan di Jalan Rahmadsyah, Noni Minggu (5/1/2013) menyatakan, kenaikan harga elpiji sangat memberatkan dirinya. Karena gas merupakan komponen utama pada usahanya ini tidak bisa diganti dengan yang lain.

"Bagaimanapun, gas merupakan salah satu kebutuhan utama yang paling kami butuhkan dalam operasional, mau tak mau terpaksa menerima keadaan seperti ini," katanya.

Dengan kondisi seperti ini, dirinya terpaksa menaikkan harga jual untuk menutupi biaya operasional yang meningkat.

Terlebih lagi, sejak naiknya harga elpiji 12 pada 1 Januari 2014 lalu,  harga bahan kebutuhan pokok juga merangkak naik.

"Dengan naiknya harga elpiji yang berdampak dengan kenaikan bahan pokok, mau tidak mau kami harus menaikkan harga jual sebesar Rp1000 hingga Rp 2000.

Seperti nasi pakai ikan gembung dari Rp 8000 perbungkus menjadi Rp 9000 perbungkus. Nasi pakai pergedel maupun telur dari Rp 6000 perbungkus menjadi Rp 7000 perbungkusnya.

"Ini kami lakukan untuk mmenutupi biaya operasional yang semakin membengkak," ujarnya.

Dirinya menyatakan, meski sudah menaikkan harga makanan, dirinya mengaku tidak takut akan pelanggan yang datang ke rumah makannya lari ke rumah makan lain.

"Saya tidak takut, karena sudah memliki pelanggan tetap. Meski di rumah makan lain belum menaikkan harga jual, saya tidak takut untuk bersaing," katanya. [ded]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi