
"Untuk apa drone pertanian? Untuk foto atau untuk apa? Untuk memupuk padi? Ingat, drone itu pesawat tanpa awak, kalau untuk pengawasan pertanian, pengawasan apa? Supaya burung tidak makan padi?" ujar lelaki yang ramah disapa Ongen itu seperti yang dilansir Kantor Berita Politik Rakyat Merdeka Online, Rabu (9/9).
Ia pun mengaku terkejut dengan harga drone yang diklaim Jokowi hanya sekitar Rp 25 juta. Salah satu drone yang mungkin diperoleh dengan harga tersebut ialah drone hexacopter. Namun, pesawat tanpa awak jenis tersebut tidak akan mampu mengelilingi 10 hingga 15 wilayah sekaligus seperti yang dikatakan Jokowi.
"Itu namanya hexacopter, tapi bentuknya tidak seperti pesawat. Paling 10 meter tingginya kalau terbang. Hexacopter tidak bisa terbang tinggi karena mudah terbawa angin dan tidak bisa terlalu jauh dari remote control," paparnya.
Ongen juga menyindir ide politisi PDI Perjuangan, Budiman Sudjatmiko, yang jadi awal mula ide membeli drone seharga Rp 25 juta. Menurut Ongen, drone yang digunakan untuk penginderaan jauh dan mendeteksi cuaca menggunakan teknologi tinggi.
Karena segala kejanggalan itu, Ongen tegas meminta Jokowi dan partai pengusungnya untuk tidak terus membodohi rakyat.
"Kalau ada harganya Rp 25 juta drone untuk penginderaan jauh maka saya yang beli. Drone semacam itu butuh pakai GPS, satelit, sensor, foto udara, pengambilan foto harus akurat dan ketinggiannya serta karakteristik kamera harus baik. Maka dari itu diperlukan perangkat dan sistem yang akurat, seperti GPS, GPS tracking, telemetri, sistem kontrol yang sensitif, serta kehandalan terbang pesawatnya," urainya
Sebelumnya, Jokowi mengatakan program drone itu berguna untuk masyarakat desa, misalnya untuk memprediksi gagal panen dan menentukan batas lahan pertanian lewat pemetaan udara jika ada sengketa.
"Itu (drone) kan murah itu. Drone untuk pertanian itu murah. Paling harganya mungkin kira-kira Rp 25 juta," kata Jokowi tanpa menyebutkan secara spesifik drone yang dimaksud di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (10/9). [hta]
KOMENTAR ANDA