post image
KOMENTAR
PERADABAN, sebuah kata yang selalu dikaitkan oleh madani. Beberapa juga menyebutkan bahwa  madani adalah sebuah kondisi yang dihasilkan oleh gerakan-gerakan civil society.

Peradaban, civil society dan madani menjadi tiga kata yang tidak bisa dipisahkan dalam tujuan sempurna setiap manusia. Merujuk pada sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial, mengorganisasikan kehidupan adalah pekerjaan wajib. Terdapat garis jelas yang menunjukkan keterikatan tujuan sempurna setiap manusia dengan upaya mengorganisasikan kehidupan.

Jika memang hal tersebut yang dikehendaki Tuhan, maka hanya akan ada satu konsep yang berasal dari satu sumber untuk membantu manusia mewujudkan peradaban, civil society dan madani. Pemuaian atau pembelahan bisa saja terjadi, sebab tak menjadi sempurna satu konsep yang berasal dari sumber itu jika tidak ada rintangan yang menghambat jalannya. Karena sejatinya tidak akan ada kesempurnaan tanpa sebuah proses yang besar dan nyata.

Atmosfir panas yang sedang menyengat ke setiap mata kepala dan mata hati sedang terjadi di kota kita, Medan, yang sampai sekarang masih jauh dari kondisi madani. Awal dari atmosfir panas bukan disebabkan oleh bentrok fisik antara beberapa kelompok saat ini. Itu hanyalah satu dari beberapa biasnya.

Bias-bias negatif dari atomosfir panas kota Medan yang anti madani seharusnya menjadi peringatan nyata untuk setiap warga. Peringatan yang menunjukkan kesenjangan yang jauh untuk menuju Medan Madani, Medan Beradab, atau Medan Civil Society. Itu juga peringatan untuk warga Medan, sudah saatnya menghentikan proses-proses kehidupan yang jauh menyimpang dari esensi peradaban.

Sudah saatnya menggantikan premanisme, apatisme, aroganisme, individualisme dengan sistem madani. Sistem madani ini akan mengantarkan seluruh warga Medan menjadi sekelompok manusia yang bersistem sosial mulia, menjamin keseimbangan antara kemerdekaan individu dan kepentingan bersama. Warga Medan akan menjadi kelompok masyarakat yang menjalankan aktivitas individu dengan totalitas potensi masing-masing untuk diabdikan dan dibaurkan ke dalam tatanan masyarakat.

Kelas sosial tidak akan menjadi penghambat keseimbangan silahturrahmi. Kelas sosial  tidak lagi menjadi indikator untuk menunjukkan prestige seseorang. Prestige semua orang hanya menyampaikan bahwa ia adalah seorang manusia, bukan seorang yang superordinat atau subordinat.

Lihatlah kota Medan saat ini, setiap orang bergerak atas dasar nafsu individualnya dan menyingkirkan nilai civil society. Setiap lapisan sosial menunjukkan perilaku yang sama.

Pemerintah menggunakan nafsu individual dalam mengemban tugas kepemerintahannya. Aparat keamanan menggunakan arogansi dalam mengemban tugasnya. Pemegang modal menguasai setiap pangsa pasar tanpa menghiraukan pedagang-pedagang kecil, termasuk mencekik setiap kantong pendapatan konsumen. Pemudanya bertingkah dan bangga degan pola premanisme, menganggap dirinya predator yang selalu siap memangsa orang-orang lemah.

 Para pendidik mengajarkan untuk hidup sukses, tidak peduli orang disekitarnya sedang kelaparan dan hampir mati. Orang-orang yang pernah menjalani pendidikan formal lebih berpola premanisme dari preman itu sendiri, sebab intelektualitasnya hanya digunakan sebagai media masturbasinya masing-masing.

 Pada akhirnya, warga yang terpinggirkan dan memiliki kuantitas sosial rendah hanya dapat mempertahankan diri sendiri dengan segala keterbatasannya. Mereka tidak lagi mampu menghimpun setiap semangat untuk pembebasan dari keadaan yang terpinggirkan tersebut.

Jadi, bentrok yang berbau premanisme itu bukanlah hal yang luar biasa. Di balik setiap kemiskinan sosial yang berjalan di kota Medan, premanisme dapat dilakukan siapa saja dan dimana saja.

Kita kembali kepada pernyataan bahwa satu sumber, Tuhan, hanya menyediakan satu konsep untuk dapat membantu manusia menuju kesempurnaan.  Tuhan harus berlaku adil, tidak akan ada pembelahan konsep untuk manusia.

 Tak pantas seseorang menyalahkan siapapun untuk keadaan sakit yang sedang dirundung kota Medan, apalagi menyalahkan nasib, takdir, dan Tuhan. Jika warga Medan sanggup melihat kebenaran asli tersebut, sistem madani, yang telah diwariskan oleh Tuhan, maka seluruh warga akan sadar bahwa keadaan kacau kota Medan saat ini mutlak kesalahan mereka.

Jika merunut pada hal tersebut, maka kondisi sosial yang sangat sakit ini tidak mustahil untuk diperbaiki, diubah menjadi sistem madani.  Setiap perbedaan yang dibuat-buat, sengaja direkayasa, harus ditanggalkan untuk kepentingan bersama.  Seluruh warga yang telah terbiasa dan dibiasakan dalam perbedaan yang direkayasa tadi harus menanggalkan tabiat mengasingkan perbedaan, kemudian mulai membuat gerakan-gerakan civil society yang nyata.

 Kemerdekaan individu setiap warga yang akan menghasilkan sebuah karya kemanusiaan akan diakumulasikan ke dalam konsesi kemasyarakatan untuk menuju sebuah peradaban, yang menjunjung tinggi civil society, yang menjadikan madani sebagai kondisi mutlaknya.

Setiap warga harus mengawalinya dari sebuah kesadaran, pemahaman, dan diakhiri oleh upaya riil yang maksimal.
Wujudkanlah cita-cita menuju Medan madani!

#NikmatnyaSeranganFajar

Jutaan Umat Islam Indonesia Telah Bersatu Dalam Gerakan Masif, Tak Pernah Disangka

Sebelumnya

Ketergilasan Gerakan Masif Jutaan Umat Islam Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Serangan Fajar