post image
KOMENTAR
Kemacetan parah di pintu tol Brebes Timur menjadi bencana pada arus mudik Lebaran tahun ini. Meski pemerintah lewat Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo sudah menyampaikan permintaan maaf, Presiden Jokowi juga dim­inta minta maaf secara resmi atas kegagalan pemerintah dalam menyiapkan infrastruktur saat mudik Lebaran.

Ketua pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi mengatakan, pihaknya masih tetap menuntut permintaan maaf dari Presiden Jokowi atas kejadian meninggalnya belasan orang yang diduga akibat 'bencana' kemacetan parah di tol Brebes Timur saat arus mudik.

Pihaknya menilai tidak cukup hanya Mendagri yang meminta maaf kepada masyarakat terkait banyaknya persoalan dalam layanan mudik. "Seharusnya Presiden yang minta maaf," katanya di Jakarta, kemarin.

YLKI, terang Tulus, melihat Presiden Jokowi terlalu percaya diri kala saat meresmikan tol Brebes. Bahkan Presiden Jokowi mentatakan jalan tol tersebut akan memperlancar arus mudik.

"Presiden over estimate. Saat berkunjung ke Brexit, Presiden mengatakan Brexit akan mengatasi kemacetan saat mudik, dan terbukti sebaliknya," sebutnya.

YLKIjuga meminta Presiden Jokowi menegur para bawah­annya yang mengurusi mudik tahun ini. Khususnya Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono, yang dinilai gagal menyiapkan infrastuktur arus mudik untuk masyarakat.

"Seharusnya Presiden me­negur keras menteri yang secara teknis terkait karena ga­gal menyiapkan infrastruktur arus mudik. Terutama Menteri Pekerjaan Umum (PU). Brexit itu salah konsep, karena letaknya di tengah kota," tandasnya.

Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Danang Parikesit mengatakan, perhitun­gan yang tidak tepat adalah salah-satu penyebab kemacetan belasan jam yang terjadi di ruas tol Pejagan-Brebes.

"Saya agak heran kenapa pemerintah, Kementerian Perhubungan, membuat perenca­naan kenaikan jumlah kend­araan pribadi hanya sekitar 4-5 persen.Faktanya, tiap tahun kami mendapati kenaikan ken­daraan pribadi itu 8-9 persen bahkan lebih," paparnya.

Selain soal perhitungan yang tidak akurat itu, Danang juga menyoroti soal 'ketidakdisiplinan mengelola permintaan perjalanan' karena jalan tol Pejagan-Brebes yang tetap dimasuki mobil meski tak mampu menampung vol­ume kendaraan sehingga terjadi kemacetan panjang.

"Pengendalian tol itu bukan di pintu keluar sebenarnya, tapi di pintu masuk. Jadi kalau kita mau membuat kelancaran yang sangat di jalan tol, ya dikontrolnya di pintu masuknya, kalau volume sudah di atas yang bisa ditampung jalan tolnya, ya orang didorong untuk menggunakan jalan-jalan yang sifatnya bukan tol," katanya.

Sebelumnya, pemerintah me­minta maaf kepada masyarakat atas pelayanan pada tradisi mudik tahun ini yang jauh dari harapan. Pasalnya mudik tahun ini macet parah dan menelan korban jiwa.

"Adanya musibah, kekurangnyamanan dalam perjalanan menjadi evaluasi kami, pemerintah khususnya Kemendagri, sekali lagi sebagai Mendagri sa­ya mohon maaf," kata Mendagri Tjahjo Kumolo, seperti dilansir dari laman resmi Kementerian Dalam Negeri, Minggu (10/7).

Tjahjo juga menyatakan, pemer­intah menyampaikan permohonan maaf atas meninggalnya 17 orang selama arus mudik lebaran 2016. Khususnya kepada pihak keluarga yang tertimpa musibah.

"Terjadinya musibah sebagian warga masyarakat pada saat kemacetan di Pantura daerahKabupaten Brebes, Saya Mendagri atas nama pemerintah juga menyampaikan permoho­nan maaf," ujarnya. [hta/rmol]

Komunitas More Parenting Bekerja Sama Dengan Yayasan Pendidikan Dhinukum Zoltan Gelar Seminar Parenting

Sebelumnya

Sahabat Rakyat: Semangat Hijrah Kebersamaan Menggapai Keberhasilan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Komunitas