post image
KOMENTAR
Komponis ternama asal Kota Medan pada era tahun 40-an Lili Suhaery dipastikan akan semakin hilang dari sejarah kota Medan seiring "hancurnya" taman Lily Suhaeri di Jalan Palang Merah (Simpang Jalan Listrik) di Kecamatan Medan Baru. Hal ini koordinator disampaikan oleh pengunjuk rasa dari kalangan mahasiswa dan seniman yang menamakan diri Komunitas Peduli Anak dan Sungai Deli (Kopasude) saat melakukan aksi protes atas penutupan Taman Lily Suhaery yang menurut mereka menjadi wadah berkumpulnya para seniman di Kota Medan.

"Taman Lily Suhairy adalah cagar budaya sekaligus ruang terbuka hijau. Buka kembali Taman Lily Suhairy agar bisa digunakan sebagai tempat para seniman berekspresi dan tempat bermain bagi warga Kota Medan," katanya saat berunjuk rasa di Depan Kantor Pemko Medan, Jalan Maulana Lubis, Senin (5/9).

Menurut para pengunjuk rasa, taman yang dibangun sebagai bentuk dedikasi terhdap seniman Biola yang terkenal lewat karyanya "Selayang Pandang" tersebut saat ini dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Padahal, biaya revitalisasi untuk taman tersebut menurut mereka mencapai Rp 7,5 miliar.

"Saat ini belum nampak revitalisasi yang dilakukan, sehingga taman tersebut tidak berfungsi sama sekali," ungkapnya.

Taman Lily Suhairy saat ini tidak dapat diakses karena dipagar keliling menggunakan seng. Untuk masuk kesana, pengunjung menurutnya harus permisi kepada oknum-oknum anggota OKP yang menjaganya. Hal ini menurut mereka berlebihan karena sangat mengganggu fungsi dari taman tersebut.

"Kita minta Walikota Medan Dzulmi Eldin menunjukkan kalau dia peduli terhadap para seniman, seperti janjinya sewaktu kampanye," tegasnya.

Sekilas mengenai Lily Suhairy

Di kalangan musisi dan seniman Tanah Air dari era tahun 1940-an, Lily Suhairy, sangat dikenal sebagai seorang tokoh komponis dan pejuang yang jujur. Karya- karyanya, sempat  memasyarakat di era perang kemerdekaan. Salah satu karyanya yang cukup populer berjudul Pemuda Indonesia. Lagu ini sempat membuat  Lily Suheiry ditangkap dan disiksa oleh Nederland Indie Administration (NICA) serta ditahan selama tiga bulan. Lily sangat dikenal dengan karya musiknya yang mengambarkan semangat untuk berjuang meraih kemerdekaan. Tidak hanya itu, di masa kedudukan Jepang, Lily juga sempat ditangkap oleh Kompetai  merupakan pasukan rahasia Jepang karena lagunya “O Bayang” bernada anti Jepang disiarkan oleh  pemuda Indonesia di Radio Jepang Hoso Kiyoku.  

Pria kelahiran Bogor,  23 Desember 1915, sejak kecil sudah lebih menyukai kesenian daripada harus tekun dengan pelajaran sekolah. Meski demikian, dia sempat menyelesaikan  Mulo–-sekolah setingkat SMP. Ketika berusia 1 tahun, dia dibawa kakek dan ibunya pindah ke Kota Brastagi, Sumatera Utara.  Seorang warga Belanda merupakan majikan kakeknya, terkagum melihat bakat musik Lily Suhairy.  Warga Belanda tersebut kemudian menyekolahkannya kepada seorang warga Jerman untuk mendalami musik.   

Karena kemampuannya dalam musik yang tinggi, diterima bekerja di sebuah  perusahaan rekaman “His Masters Voice” di Singapura pada tahun 1943.  Namun, tiga tahun kemudian, dia memilih mengembangkan bakat musisinya di Kota Medan. Semasa hidup, Lily telah mengubah sebanyak 182 lagu dengan warna langgam Melayu, diantaranya,  lagu Bunga Tanjung, Bunga Teratai, Selendang Pelangi, Rayuan Kencana dan Aras Kabu disebut sebagai lagu lagu besar yang lahir pada zaman perang kemerdekaan.

Memiliki rasa juangan yang tinggi untuk meraih kemerdekaan melalui sarana musik akhirnya membuatnya mendapatkan penghargaan, sebanyak dua kal. Pertama,  pada tahun 1975 oleh PWI Cabang Medan dan kedua penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Daoed Joesoef,  Maret tahun 1979 di Jakarta.

Lily wafat di Rumah Sakit Kodam I Bukit Barisan, Medan, pada 2 Oktober 1979 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Jalan Sisingamangaraja, Medan.  Sebagai bentuk apresiasi atas perjuangan dan karya-karyanya, H Adnan Lubis, mantan Direktur Radio Alnora, sahabat Lily Suhairy menulis buku berjudul "Lily Suhairy dalam Kenangan".[rgu]

Pemantapan Sebelum Dipentaskan Diajang Bergengsi, Mantra Bah Tuah Mendulang Dukungan dan Apresiasi

Sebelumnya

Pakat Melayu, Tegaskan Komitmen Jaga Budaya Melayu

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Budaya