post image
KOMENTAR
MBC. Setiap tanggal 14 Februari, orang diseluruh dunia mengenalnya sebagai hari Valentine. Pada hari itu, selain cinta, orang juga mengumbar coklat kepada kepada mereka yang dikasihi.

Profesor Rebecca Earle yang mempelajari sejarah makanan, memetakan bagaimana cokelat menjadi pelengkap di hari Valentine.

Seperti yag dilansir Independentd, menurut dia, kisah cokelat di hari Valentine dimulai pada Era Victoria. Pria muda pada masa itu telah memiliki pengetahuan insting, bahwa senjata untuk melamar sang pujan adalah sekotak cokelat.

Sejak cokelat menjadi konsumsi favorit, para lelaki pada masa itu kemudian menjadikannya semacam syarat utama dalam deklarasi cinta mereka.

Memberikan sekotak cokelat untuk perempuan muda adalah cara pria memperlihatkan kasih sayangnya.

Karena cokelat diasosiasikan dengan pacaran dan seks, buku etiket pada era itu memperingatkan pada perempuan lajang untuk tidak menerima cokelat dari pria tak dikenal atau hubungannya tidak dekat.

Saat itu, tabu bagi perempuan untuk berinisiatif memberi cokelat pada pria.

Apakah cokelat adalah makanan yang menstimulasi dorongan seksual? Tidak dari sisi ilmiah, tapi generasi Eropa saat itu berharap demikian.

Segelas cokelat panas yang sekarang kesannya lebih banyak diminum anak kecil sebelum tidur sebenarnya pernah dibalut nuansa seksual. Pria-pria pada zaman Victoria takut dipelet perempuan lewat segelas cokelat. Francisco de las Casas misalnya percaya bahwa gara-gara segelas cokelat dari Michaela de Orbea dia tidak bisa bercinta dengan perempuan lain.

Jadi, jika Anda ditawari segelas Cokelat pada Hari Valentine, pikir baik-baik sebelum Anda meminumnya. Bila mengikuti standar era Victoria, Anda mungkin sudah disuruh mulai mencari cincin kawin. [hta]

Instagram Ternyata Punya Dampak Buruk Bagi Kesehatan Mental

Sebelumnya

7 Destinasi Wisata Alam Paling Mengesankan di Bali

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Lifestyle