post image
Sahabat Rakyat/ MedanBagus
KOMENTAR

Terdapat perbedaan yang menyolok diantara kata "di-lockdown" dengan "me-lockdown" kan diri. Hal ini menjadi perhatian Komunitas Sahabat Rakyat.


"Kata "di-lockdown" berarti inisiatif lockdown itu bukanlah dari kita tapi dari pihak lain, sehingga kondisi ini terjadi diluar lingkaran pengaruh kita. Dalam hal ini status kita adalah sebagai korban (sesuatu yang menimpa kita)", jelas Hj. Sarleni Nasution A.Md kepada tim MedanBagus, Jumat (20/3).

Sedangkan "me-lockdown" kan diri itu berarti inisiatif datang dari diri sendiri, dimana kondisi ini terjadi didalam lingkaran pengaruh diri dan kemudian sendirinya bisa memilih.


"Jadi kita tidak perlu takut atau khawatir apabila kita di lockdown oleh pemerintah meski stock sembako dirumah nilainya tidak sebanyak orang lain", katanya.
 
Ia malah mengahawatirkan para pekerja harian. "Hanya saja bagaimana dengan masyarakat yang berpenghasilan harian seperti sopir angkot, ojek online, tukang becak, pedagang di pasar, pedagang asongan dll. Tentunya ini harus dipikirkan apa nanti penghasilan mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya", tambahnya.


"Cara yg tepat adalah me-Lockdown kan diri. Dengan begitu masing-masing kita bisa menyesuaikan kondisi diri kita dengan keadaan luar dan berinisiatif menjaga diri dengan orang sekitar dan ada baiknya jika ada gejala flu atau suhu badan naik segera periksakan diri ke dokter terdekat sembari perbanyak ibadah, zikir, beristighfar dan bersedekah", demikian Sarleni.

Komunitas More Parenting Bekerja Sama Dengan Yayasan Pendidikan Dhinukum Zoltan Gelar Seminar Parenting

Sebelumnya

Sahabat Rakyat: Semangat Hijrah Kebersamaan Menggapai Keberhasilan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Komunitas