post image
KOMENTAR
Walikota Payakumbuh, Sumatera Barat, Riza Falepi sejak Minggu (06/01/2013), sudah mengeluarkan surat edaran melarang peredaran CD dan DVD "Cinta Tapi Beda" di wilayahnya.  Ia menilai, film ini menyimpang dari filsafah Minangkabau.

"Di Payakumbuh kita akan keluarkan edaran, kepingan CD atau DVD film 'Cinta Tapi Beda' tidak boleh beredar di sini," tegas Walikota.

Menurut Riza, Film Cinta Tapi Beda karya sutrada Hanung Bramantyo dinilai memojokkan masyarakat Minang yang kental dengan Islam dan memutar balikkan fakta. Warga Minang adalah pemeluk Islam. Karena itulah ajaran Adat Basandikan Syara' dan Syara' Basandi Kitabullah.

"Mana ada gadis di Minangkabau yang beragama katolik?" katanya.

Cerita film CTB yang sebagian lokasi syutingnya di Sumbar, menurut dia, tidak sesuai dengan kehidupan gadis atau budaya Minangkabau.

Lebih jauh, Riza Falepi bersama tokoh adat dan tokoh agama Payakumbuh mencurigai adanya kemungkinan keinginan tidak baik yang terselubung dari pemutaran film tersebut. Karena itu mereka berharap pemerintah menarik peredaran film tersebut.

Sebelumnya, Ketua LKAAM Payakumbuh, Indra Zahur Dt Rajo Simarajo dan Ketua MUI Mismardi mengutarakan hal senada. Kedua tokoh adat dan agama ini menilai film tersebut sangat tidak sesuai dengan ajaran adat Minangkabau.

"Sejak leluhur kita mengajarkan nilai-nilai kehidupan, beragama, berkorong berkampung, nilai-nilai Islam tetap melekat dalam ajaran adat Minang," kata Indra Sahur.

Menurut dia, hal itu menyatakan bahwa orang Minang itu adalah kaum Muslim dan Muslimah, pemeluk Islam. "Kalau ia tak beragama Islam, itu bukan orang Minang," tukas dia.

Sebelumnya, film ini juga mendapat protes dari Pusat Keluarga Mahasiswa Minang Jaya sebab dinilai memutarbalikkan fakta dan memojokkan masyarakat Minang yang kental adatnya dengan agama Islam.

“Kami Pengurus Pusat Keluarga Mahasiswa Minangkabau Jaya (KMM JAYA) sangat terusik dengan film ini. Untuk itu kami meminta Hanung Bramantyo yang menyutradarai film ini meminta maaf kepada masyarakat Minang dan menghentikan penayangan film ini di bioskop karena dapat merusak sendi-sendi adat dan budaya masyarakat minang,” ujar Muhammad Rozi seperti dikutip dari hidayatullah.com.

Bulan April 2011, Hanung juga sempat meluncurkan film berjudul film “?” (Tanda Tanya) yang juga dikecam para ulama karena dinilai mendukung ide pemurtadan. [ded/bbs]

Komunitas More Parenting Bekerja Sama Dengan Yayasan Pendidikan Dhinukum Zoltan Gelar Seminar Parenting

Sebelumnya

Sahabat Rakyat: Semangat Hijrah Kebersamaan Menggapai Keberhasilan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Komunitas