post image
KOMENTAR
MBC. Bank Indonesia (BI) mengakui rupiah mengalami tekanan akibat buruknya situasi ekonomi dunia. Aliran dana ke Indonesia terganggu.

Nilai tukar rupiah pada 2012 mengalami depresiasi dengan volatilitas yang cukup rendah. Rupiah melemah 5,91 persen selama 2012 ke level Rp9.638 per dolar AS.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution menjelaskan, tekanan depresiasi terutama terjadi pada triwulan II dan III pada 2012 terkait memburuknya kondisi perekonomian global. Khususnya di Eropa, yang berdampak pada penurunan arus masuk portfolio asing ke Indonesia.

“Dari sisi domestik, tekanan rupiah berasal dari tingginya permintaan valas untuk keperluan impor di tengah perlambatan kinerja ekspor,” jelas Darmin di Gedung BI, Jakarta, kemarin.

Dia melanjutkan, rupiah kembali bergerak stabil pada triwulan IV 2012 seiring peningkatan arus masuk modal asing yang cu­kup besar, baik dalam bentuk arus masuk modal portofolio maupun investasi langsung.

“Ke depan, BI akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamental perekonomian,” ungkap bekas Dirjen Pajak Kementerian Keuangan ini.

Yang mengkhawatirkan, anjloknya rupiah langsung berimbas ke lantai bursa. Kondisi ini menjadi sumbangan negatif bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan  sehingga harus terkoreksi dan berada pada teritori negatif.

Research Analyst PT Panin Sekuritas Tbk Purwoko Sartono mengatakan, pelemahan kurs ini diproyeksikan akan membayangi pergerakan saham emiten. “Ini terutama yang memiliki expo­sure dolar yang tinggi,” katanya.

IHSG pada sesi pertama perdagangan kemarin melemah 17,15 poin atau 0,39 persen menjadi 4.345,77. LQ45 turun 4,6 poin atau 0,6 persen ke 740,01.

Indeks Asia terpantau bergerak menguat. Hang Seng naik 203,85 poin atau 0,88 persen menjadi 23.422,32, Nikkei naik 100,6 poin atau 0,95 persen dan Straits Times naik 14,25 poin tau 0,4 persen ke 3.233,8.

Mayoritas sektor pendukung IHSG melemah. Saham sektor agri turun 13,46 poin atau 0,6 persen, sektor manufaktur turun 12,9 poin atau 1,1 persen tapi sektor tambang naik 14,7 poin atau 0,7 persen. Nilai transaksi tercatat sebesar Rp1,69 triliun dengan volume 1,7 miliar lembar saham. Sebanyak 98 saham menguat, 126 saham melemah dan saham sebanyak 111 saham stagnan.

Saham-saham yang bergerak menguat (top gainers) antara lain PT Multi Prima Sejahtera Tbk (LPIN) naik Rp 250 ke Rp7 ribu, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) naik Rp250 ke Rp16.050 dan PT Bank Ekonomi Rahardja Tbk (BAEK) naik Rp150 ke Rp1.150.
 [Harian Rakyat Merdeka/rmol/ ans]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi