post image
KOMENTAR
Pengembangan Bandara Silangit di Tapanuli Utara, Sumut, mendapat dukungan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Direktur Pemasaran Dalam Negeri Kemenparekraf, M Faried Moertolo, optimis pengembangan Bandara Silangit bakal menggairahkan wisata Danau Toba, yang dalam 10 tahun terakhir mati suri.

Dikatakan, Bandara Silangit setelah dikembangkan nantinya diharapkan mengundang animo maskapai penerbangan untuk membuka rute menuju Silangit. Selain rute Jakarta-Silangit, Faried menyebut, rute Batam-Silangit juga teramat penting.

Karena letak Bandara Hang Nadim yang dekat dengan Singapura, diharapkan merangsang turis asing rajin bertandang ke Danau Toba. Dia mengatakan, rute Batam-Silangit yang dibuka Sky Aviation pada pertengahan Nopember 2012 saja, sudah mampu menambah tingkat kunjungan wisata Danau Toba.

"Trennya sudah tampak bagus. Maka Batam-Silangit perlu ditambah lagi penerbangannya," ujar Faried Moertolo kepada JPNN di Jakarta, kemarin. Sekadar diketahui, Sky Aviation baru membuka rite Batam-Silangit pp, dua kali penerbangan dalam seminggu, Jumat dan Minggu.

Maskapai penerbangan yang diharapkan membuka rute Batam-Silangit adalah Lion Air dan Batavia Air. Merpati sebenarnya sudah biasa membuka rute di daerah. Hanya saja, kata Faried, jika maskapai "plat merah", biasanya juga dibebani misi sosial. Sementara, kata dia, lebih baik maskapai penerbangan swasta saja agar hitung-hitungan profitnya bisa lebih jelas. Pasalnya, wisata merupakan bagian dari industri.

Selain pentingnya pengembangan Bandara Silangit, kata Faried, yang tak kalah pentingnya adalah kekompakan pemkab/pemko yang berada di sekitar Danau Toba. Selama ini, katanya, masing-masing pemda menonjolkan ego masing-masing.

"Misalnya ketika kami menunjuk Parapat sebagai tuan rumah sebuah iven, lantas yang lain teriak, kenapa tak di Samosir, kenapa tak di kabupaten saya, kenapa tak di kabupaten saya. Ego yang seperti ini harus diakhiri karena tidak mendukung upaya promosi Danau Toba," kritik Faried.

Maskapai penerbangan pun, lanjut Faried, akan sangat mempertimbangan sikap pemda setempat ketika hendak membuka rute ke Silangit. Pasalnya, dukungan pemda sekitar Danau Toba sangat dibutuhkan untuk mendongkrak jumlah penumpang. Jika pemda-pemda sekitar Danau Toba kompak berpromosi, sudah tentu penumpang tidak akan sepi.

Ketidakkompakan pemda sudah berlangsung sekian lama. Akibatnya, dalam 10 tahu terakhir Danau Toba sepi. Faried mengingatkan, bahwa destinasi wisata ditentukan oleh 3A, yakni Atraksi wisata, Akses, dan Akomodasi. Seluruh pemda sekitar harus kompak menggarap 3A itu.

Untuk urusan atraksi, Faried melontarkan kritikan tajam. Selalu saja yang menjadi andalan Tarian Tortor, yang ditampilkan berjam-jam. Menyuguhkan budaya lokal penting, kata dia, tapi juga harus mengetahui psikologi wisatawan, khususnya wisatawan asing. "Tiga jam hanya melihat tarian goyang-goyangkan tangan, pasti bosan," ujarnya.

Pemda-pemda sekitar Danau Toba, masih kata Faried, harus mulai memikirkan iven apa yang kiranya bisa menjadi icon wisata Danau Toba. "Ambil contoh Tour De"Singkarak. Itu sudah menjadi icon wisata di Sumbar. Kalau Danau Toba, apa iconnya?" kata dia.

Spot-spot destinasi, selain Danau Toba, juga harus mulai disiapkan. "Karena imbas wisata Danau Toba, nanti bisa merembet ke Berastagi juga. Museum TB Silalahi juga menarik untuk dijadikan spot destinasi," bebernya.

Soal akses, nantinya akan jauh lebih baik setelah Bandara Silangit dikembangkan. Yang juga perlu segera dipikirkan pemda adalah akomodasi. "Atraksi bagus, akses bagus, tapi mau tidur dimana" Hotel-hotel harus mulai dibenahi," saran dia.

Untuk itu, pejabat pemda yang mengurusi wisata, disarankan dipilih sosok yang luwes, komunikatif, dan paham marketing. "Selama ini di sana kaku-kaku semua. Ini tak menunjang," pungkasnya. (sam/rob/jpnn)

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi