post image
KOMENTAR
  Awalnya dikenal sebagai intelektual yang memperkenalkan tradisi survei dalam praktik politik Indonesia pasca Orde Baru, Denny JA kini merambah dunia sastra, film dan seni panggung sekaligus.

Sekitar dua tahun lalu pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) ini menulis lima puisi esai tentang persoalan dan tantangan keberagaman di Indonesia. Kelima puisi itu dirangkum dalam sebuah buku berjudul Atas Nama Cinta dan dinobatkan oleh banyak sastrawan dan budayawan sebagai genre baru sastra Indonesia.

Kelima puisi itu adalah Sapu Tangan Fang Yin, Romi dan Yuli dari Cikeusik, Minah Tetap Dipancung, Cinta Terlarang Batman dan Robin, dan Bunga Kering Perpisahan.

Dalam waktu dekat, Denny JA akan menerbitkan delapan buku puisi esai, termasuk satu buku kumpulan review puisi esai karya, antara lain, penyair Sapardi Djoko Damono, Sutardji Calzoum Bachri, Ignes Kleden, Leon Agusta, Zamawi D Imron, Maman S Maharyaman, Agus Sarjono, dan Jamal D Rahman.

Dalam rilis yang diterima redaksi malam ini (Kamis, 7/2), juga disebutkan Denny JA akan merilis lima film dalam format DVD yang disutradarai Hanung Bramantyo dari kelima puisi esai Denny JA. Selain itu juga akan dirilis lima DVD rekaman pembacaan puisi karya Denny JA oleh penyair papan atas seperti Putu Wijaya, Niniek L Karim, Sujiwo Tedjo, dan Ine Febriyanti.

Masih ada lagi. Denny JA juga akan merilis DVD lagu-lagu balada yang didasarkan dari puisi esai Denny JA, bersama dengan rekaman pertunjukan Teater Dapoer Seni yang dipentaskan di Jogjakarta berdasarkan puisi esai.

Tanggal 21 Februari nanti, masih menurut keterangan yang dikirimkan kantor Denny JA, kelima puisi esai itu akan diperkenalkan kepada publik sebagai "Puisi Esai untuk Indonesia". Istilah ini diberikan karena kelima puisi esai itu adalah yang paling banyak diekspresikan ke dalam berbagai wahana budaya lain.

"Sebuah eksperimen yang menyatukan karya budaya dan social movement dengan tema besar Indonesia Tanpa Diskriminasi," demikian Denny JA dalam keterangannya. [rmol/hta]

FOSAD Nilai Sejumlah Buku Kurikulum Sastra Tak pantas Dibaca Siswa Sekolah

Sebelumnya

Cagar Budaya Berupa Bangunan Jadi Andalan Pariwisata Kota Medan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Budaya