post image
KOMENTAR
Analis dari PT Monex Investindo Futures, Albertus Christian, memperkirakan pelemahan dolar Amerika Serikat akan menjadi pendorong penguatan mata uang yang dianggap berisiko, termasuk rupiah. "Membaiknya data-data ekonomi global akan memicu sentimen positif di pasar uang,” ujarnya.

Defisit neraca perdagangan Amerika Serikat turun secara signifikan menjadi US$ 38,5 miliar dari US$ 48,5 miliar. Sebelumnya, data perdagangan Cina juga mengalami surplus US$ 29 miliar, atau lebih tinggi dari ekspektasi.

Ekonomi global membaik dan membawa optimisme bagi investor di pasar global. Bila data-data terus membaik, investor asing kembali percaya diri membeli portofolio di pasar berkembang sehingga menguatkan mata uang lokal.

Dari dalam negeri, tekanan rupiah mulai mereda seiring dengan menurunnya permintaan dolar di awal bulan serta konsistensi Bank Indonesia dalam mengendalikan nilai tukar. Imbauan Bank Indonesia untuk bertransaksi kurs di bank nasional sedikit memberi nilai positif bagi rupiah.

Menurut Albertus, banyaknya sentimen positif seharusnya bisa dimanfaatkan oleh rupiah untuk menggapai angka 9.500 per dolar Amerika di kuartal pertama 2013. "Namun rupiah baru akan kembali ke level tersebut apabila mampu ditutup di level 9.615 terlebih dulu."

Pekan ini, rupiah akan bergerak di kisaran 9.660-9.700 per dolar Amerika dengan potensi melanjutkan penguatan. Investor perlu mengantisipasi peluang berbalik arahnya dolar setelah terkoreksi cukup signifikan dalam beberapa hari sebelumnya.

Jumat lalu, rupiah ditutup di level 9.667 per dolar AS, atau menguat 0,48 persen dibanding pekan sebelumnya, di level 9.714 per dolar AS. [ant/rob]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi