post image
KOMENTAR
Harga minyak dunia sedikit bervariasi pada Senin (18/2), dalam perdagangan yang tenang karena para dealer mempertimbangkan hasil pertemuan akhir pekan G20 di tengah liburan publik di Amerika Serikat.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April naik tipis tiga sen menjadi berdiri di 117,69 dolar AS per barel pada akhir transaksi di London, lapor AFP.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Maret, turun 29 sen menjadi 95,57 dolar AS per barel.

"Harga minyak mentah mengawali pekan ini pada mode konsolidasi," kata Myrto Sokou, analis pada perusahaan pialang Sucden.

"Karena pasar New York tutup, kami perkirakan kondisi perdagangan di pasar minyak tipis dengan volume rendah. Selain itu, karena tidak adanya data makroekonomi utama saat ini, pergerakan mata uang dapat memberikan beberapa arah bagi pasar minyak."

Di tempat lain, Senin, kepala ekonom Badan Energi Internasional (IEA), Fatih Birol, mengatakan bahwa harga minyak mentah Brent yang tinggi merupakan risiko besar bagi perekonomian global dan Eropa pada khususnya.

Harga Brent mencapai tertinggi sembilan bulan di atas 119 dolar AS per barel awal bulan ini didukung data ekonomi sehat di Amerika Serikat dan China -- dua negara konsumen energi terbesar di dunia.

"Harga saat ini adalah masalah utama bagi pemulihan ekonomi global, terutama untuk Eropa, rantai terlemah dari ekonomi global untuk saat ini," kata Birol.

Birol mengatakan tagihan impor minyak dan gas Eropa untuk 2013 akan mencapai sekitar 500 miliar euro (668 miliar dolar AS) jika harga minyak tetap pada tingkat saat ini.

Ini berarti sebuah "masalah besar bagi perekonomian Eropa dan global," tambahnya.

IEA, yang mewakili konsumen minyak, pada Rabu pekan lalu memangkas perkiraan permintaan minyak dunia untuk 2013.

Dikatakan, pemangkasan marjinal 85.000 barel per hari ini sejalan dengan prospek untuk perkiraan perlambatan oleh Dana Moneter Internasional (IMF), yang bulan lalu menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia untuk 2013 menjadi 3,5 persen dari 3,6 persen.

Para menteri keuangan G20 pada Sabtu (16/2) mencoba untuk menenangkan kekhawatiran "perang ekonomi" di pasar mata uang, berjanji mereka tidak akan menargetkan tingkat nilai tukar valas tertentu atau mendevaluasi mata uang untuk membuat mereka lebih kompetitif.

Kegelisahan -- mirip perselisihan sebelumnya dengan China -- telah dipicu oleh rencana pelonggaran moneter Jepang untuk meningkatkan inflasi dan aktivitas ekonominya dengan mengurangi nilai yen di bawah pemerintahan baru Perdana Menteri Shinzo Abe.

"Kami akan menahan diri dari perlombaan devaluasi. Kami tidak akan menargetkan kurs nilai tukar kami untuk tujuan kompetitif," kata komunike bersama setelah pertemuan keuangan G20 di Moskow.

Ini menggaungkan pernyataan serupa baru-baru ini oleh negara-negara terkaya G7 yang seperti pernyataan G20 juga disetujui oleh Jepang, yang kebijakan moneternya telah dikritik secara keras oleh Barat dalam beberapa pekan terakhir.[ant/rob]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi