post image
KOMENTAR
Menyambut HUT Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) dan penerbit dan Jala Sutra menggelar Diskusi dan Peluncuran Buku "Sepatu Emas buat Inang (SEBI)" yang ditulis oleh Magdalena Sitorus.

Acara itu dihadiri ratusan orang dari berbagai elemen masyarakat, mahasiswa, dan pemuka agama. Kegiatan yang dilaksanakan di Mess GKPS, Jl Ngumban Surbakti, Medan, Rabu (19/2/2014).

Dalam siaran pers yang diterima MedanBagus.Com, buku ini banyak mengupas tentang perempuan dalam budaya batak yang sangat kental di Siborongborong tahun 1983-1985, hingga awal peletakan dasar-dasar pendirian KSPPM, lembaga yang melakukan pendampingan kepada petani korban pembangunan.

Buku ini merupakan buku ketiga yang ditulis dalam rangaka mengenang almarhum suaminya yaitu Asmara Nababan pendiri KSPPM yang juga tokoh masyarakat yang aktif diberbagai Lembaga Non Pemerintah.

Buku ini menceritakan mengenai keputusannya pulang bersama anak-anak dan suaminya untuk menjaga Ibunya yang sedang sakit.

Erlina Pardede, salah satu narasumber bedah buku mengungkapkan bahwa SEBI juga bercerita mengenai bagaimana kecintaan Asmara Nababan terhadap ibunya melalui keinginannya memberikan sepatu emas menjadi motivasi bagi Asmara membangun petani korban pembangunan di bonapasogit dan mendirikan KSPH (Kelompok Studi Penyadaran Hukum) awal KSPPM.

"Di buku ini banyak menceritakan asal muasal bagaimana cikal bakal KSPPM berdiri. Dimulai dari pemikiran Asmara Nababan yang merupakan tokoh yang banyak berkerja ditengah-tengah masyarakat di Tanah Batak," katanya.

Salah satu catatan kritisnya mengenai budaya patriarkhi di Batak ia gambarkan melalui cerita seorang ibu yang mengandung dan berjualan di suatu onan (pasar) di Siborongborong. Ibu itu telah memiliki sembilan anak perempuan.

Ia mencatat mengenai betapa Budaya patriarkhi membuat perempuan merasa bertanggung jawab untuk melahirkan anak laki-laki bagi suaminya sehingga mengabaikan bahwa perempuan berhak atas tubuhnya.

Nur Imroatus, penerbit dari Jalasutra mengungkapkan bahwa salah satu yang menarik dari buku ini adalah waktu dan banyak hal yang ditulis dengan terperinci dan lengkap sehingga buku ini dapat menjadi resensi untuk karya ilmiah. Disamping itu, kajian dan kritik dalam buku ini digambarkan secara sederhana dan apa adanya sehingga buku ini dapat dibaca oleh semua kalangan.

"Buku ini cukup mudah dicerna oleh kalangan awam meskipun cukup banyak kritik yang dilontarkan. Terlebih dengan penyajian yang terperinci dapat juga dijadikan acuan penelitian," katanya.

Sementara Narasumber lainnya, Prof Bungaran Antonius Simanjuntak, seorang budayawan dan dosen UNIMED memotivasi agar mahasiswa dan orang muda memulai untuk menulis. Sehingga berbagai pemikiran, kritik dan pengalaman hidupnya dapat dijadikan sebagai memoar.

Peluncuran buku "Sepatu Emas buat Inang" merupakan satu dari rangkaian menyambut syukuran 30 tahun Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat hadir di tanah batak.

Dimana puncak acara yakni syukuran yang akan mengundang Pemerintah daerah dan Serikat Tani di wilayah pendampingan KSPPM yakni Tapanuli Utara, Tobasa, Samosir serta masyarakat adat dan masyarakat korban pelanggaran HAM di wilayah dampingan KSPPM, yang akan dilakukan di Sopo/TC KSPPM di Girsang 1, Sipangan Bolon Parapat tanggal 20 Februari 2014. [ded]

Berhasil Kumpulkan Dana Rp 30 Juta, Pemkot Palembang Sumbang Untuk Beli APD Tenaga Medis

Sebelumnya

Virus Corona Menjadi Alasan Deretan Pasangan Artis Ini Tunda Pernikahan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ragam