post image
KOMENTAR
60 hektare (ha) perkebunan karet milik petani di Desa Tanjung Medan Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu direplanting. Hal ini disebabkan selama dua tahun belakangan, harga getah (lump) karet masih anjlok.

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Desa Tanjung Medan Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu Dahrul Ritonga mengatakan, hingga saat ini, harga masih di kisaran Rp 400-Rp 500 per kg. Sehingga, petani menjadi "patah arang" dalam mengembangkan perkebunan karetnya. Tanaman ini pun tidak disentuh sama sekali oleh petani, karena sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan keluarga.

"Petani hanya membiarkan tanaman mereka begitu saja dan sekarang mereka lebih fokus ke tanaman palawija," ujarnya kepada MedanBagus.Com, Senin (2/11/2015).

Namun, kata Dahrul, ia dan petani binaannya masih bersyukur karena mendapatkan bantuan dari Dinas Perkebunan Sumatera Utara (Disbun Sumut) dalam segi replanting dan bibit karet, seluas 60 ha. Sehingga, dirinya tetap optimis mengembangkan tanaman karet tersebut dengan harapan, harga kembali naik.

"Jadi, setelah direplanting, petani menanam bibit karet yang baru. Mana tahu nanti harganya naik lagi, kita doakan saja.  Kalau sekarang petani sementara fokus dulu ke tanaman padi sawah dan padi darat," ujar Dahrul yang juga sebagai Petani revitalisasi andalan ini.[rgu]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi