post image
KOMENTAR
SECARA biologis, flu atau influenza adalah penyakit menular pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus. Namun secara sosial, kata flu atau influenza ini dijadikan sebuah diksi untuk menggambarkan adanya pengaruh sosial yang menular pada seseorang atau sekelompok orang.

Beberapa waktu lalu, entah disengaja atau memang sebuah gejala alam, flu burung dan flu babi menjadi penyakit menular yang membuat takut banyak manusia. Indonesia termasuk salah astu negara yang masyarakatnya sangat takut tertular pengaruh flu burung dan flu babi.

Tak jelas rimbanya, flu burung dan babi ini tidak terdengar lagi di Indonesia. Apakah Indonesia telah benar-benar bersih dari flu ini? Atau apakah ada flu baru yang menggantikan ketakutan masyarakat Indonesia?
Pertanyaan yang kedua mungkin lebih tepat untuk dijadikan pra gambaran mengapa kabar flu burung dan babi dan terdengar lagi.

Belakangan ini, di Indonesia telah terindentifikasi adanya flu yang lebih berat, yang lebih menakuti sebagian besar masyarakat Indonesia. Flu ini adalah flu pemerintah. Bukan hanya flu burung dan babi yang ada, flu pemerintah juga ada.

Flu pemerintah ini bisa dikatakan sebagai sebuah flu yang memberikan pengaruh sosial untuk masyarakat Indonesia. Pertanyaan yang selanjutnya muncul adalah, bagaimana bentuk pengaruh sosial yang ditularkan flu pemerintah? Kenapa dapat menggantikan posisi flu burung dan babi yang mematikan?

Flu pemerintah ini dapat menyebabkan terjadinya kematian. Kematian yang disebabkan oleh flu ini jauh lebih berbahaya dari dampak yang disebabkan flu burung dan babi. Flu pemerintah tidak hanya menyebabkan kematian pada jasad manusia, tapi juga dapat mematikan nalar berpikir, semangat berbangsa, semangat bernegara, dan kemerdekaan berkreasi. Dampak flu pemerintah ini jauh lebih sistemik dari flu burung dan babi.
 
Betapa tidak berat, sanksi tersebut bukan hanya merebut kemerdekaan materi, kemerdekaan ide dan gagasan ikut dibuat mati. Setiap karya yang diproduksi oleh kemampuan berpikir masyarakat harus sesuai dengan garis kepentingan pemerintah. Jika tidak sesuai atau malah dapat mengalahkan wacana pemerintah, maka sanksi berat akan menanti.

Lihat saja beberapa waktu lalu, flu pemerintah menyebarkan virus “kami tidak takut” untuk membuat masyarakat tertular keberanian yang semu. Keberanian yang sebenarnya tidak nyata untuk menutupi kelemahan dalam menjaga keamanan negara.

Atau kita lihat juga ulah pembantu pemerintah yang tanpa merasa bersalah sanggup menghancurkan televisi buatan rakyat Indonesia yang hanya sekedar lulusan SD. Bukankah hal tersebut akan menyebabkan masyarakat dapat terjangkit virus yang anti produk kreatifitas masyarakat lokal?

Kemudian flu pemerintah menyebarkan virus sandiwara, membuat sesuatu yang  kepentingannya hanya untuk menaikkan derajat prestige pemerintah. Membuat sebagian masyarakat terus hidup bersandiwara dalam aktivitas bernegara dan berbangsa.

Kita juga tidak bisa meninggalkan perhatian terhadap virus yang menyebar beberapa hari ini. Flu pemerintah menularkan virus kebencian tanpa dasar. Dimulai dari pemerintah memberikan stigma negatif hingga memberikan cap sesat untuk kelompok yang berpotensi mengalahkan wacananya. Kemudian terjangkitlah masyarakat oleh virus tersebut, secara bebas dan tanpa dasar dapat memberikan stigma negatif dan cap sesat kepada siapapun.

Sama seperti flu lainnya, flu pemerintah ini menyebabkan setiap hal yang dinyatakan atau dilakukan oleh pemerintah akan langsung menular dan ditiru oleh masyarakat.

Flu tersebut menjadi lebih berbahaya sebab yang tidak tertular pun berpotensi untuk mati, baik fisik maupun ide. Orang-orang yang kebal terhadap flu tersebut akan termatikan karena tidak mampu beradaptasi di lingkungan yang mengidap flu pemerintah. Orang-orang yang terjangkit flu pemerintah dengan sendirinya dan tanpa sadar akan menjadi senjata tambahan untuk membunuh kemerdekaan orang-orang yang tak terjangkit flu tersebut.

Ternyata, teridentifikasi ada satu lagi dampak langsung dari flu pemerintah ini, dampak yang membuat masyrakat tidak dapat mengenali siapa musuh negara sebenarnya. Masyarakat saling terkotak kemudian memanggap masyarakat dalam kotak lain sebagai musuh.

 Wacana diambil sebagai media untuk menularkan flu tersebut. Barang siapa yang bersentuhan dengan wacana tersebut, flu telah siap menjangkiti. Dan siapa yang mampu menangkal wacana tersebut, akan segera diserang oleh orang-orang yang telah terjangkiti flu pemerintah. Pada akhirnya, masyarakat akan menjadi kanibal.

Sampai kapan masyarakat mau menjadi kanibal? Saling curiga dan menganggap masyarakat lainnya adalah musuh.
Kapan pemerintah bisa bertransformasi dari sesuatu yang sekarang menyebarkan flu yang tidak baik menjadi pelindung masyarakat?

Apakah memang  masyarakat yang masih terlindungi dan kebal dari flu pemerintah yang harus menciptakan obat atas penyakit di Indonesia? Tampaknya memang harus!

#NikmatnyaSeranganFajar

 

Jutaan Umat Islam Indonesia Telah Bersatu Dalam Gerakan Masif, Tak Pernah Disangka

Sebelumnya

Ketergilasan Gerakan Masif Jutaan Umat Islam Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Serangan Fajar