post image
KOMENTAR
TEMBAKAU, tumbuhan sejuta misteri. Dapat merusak jika menjadi asap, dapat menyembuhkan jika menjadi sari pati. Dua sisi yang saling bertolak belakang ada pada satu tumbuhan.
Tidak, bukan misteri. Ini Istimewa.

Tembakau menjadi rokok. Dibentuk silinder kurus sepanjang jari tengah, dapat merusak paru-paru dan saluran pernafasan. Hingga pada sebuah momentum, perlahan dapat membunuh manusia.

Sebaliknya konon sudah dikenal dan dipakai juga sejak perang saudara antara utara dan selatan Amerika Serikat sebagai tumbuhan yang dapat menyembuhkan luka.

Keistimewaan tembakau membuatnya menjadi salah satu tumbuhan  yang tak sama dengan kebanyakan tumbuhan lainnya. Kebanyakan tumbuhan hanya memiliki satu jenis guna, merusak atau menyembuhkan atau  bahkan tidak memiliki kegunaan apapun.
Keistimewaan tembakau mengubahnya menjadi komoditi perdagangan.

Pergerakannya di pasar mendapatkan perhatian yang sangat besar. Hingga suatu saat tumbuhan ini benar-benar menjadi arena persaingan perdagangan. Siapa yang menguasai perdagangan tembakau, akan menjadi orang yang berlimpah harta.

Nafsu manusia yang masih saja sulit untuk diterbangkan menuju jiwa dan akal, hanya hitung-hitungan keuntungan yang menjadi konsentrasi manusia. Nafsu tanpa jiwa dan akal yang universal membuat Belanda sangat tertarik memeras tanah dan kuli di Sumatera Timur.

Sumatera Timur dikuasai raja-raja bangsawan dengan tanah subur nan anggun, tempat tepat tembakau untuk memonopoli daratan. Kondisi bangsawan yang kental akan penindasan kasta, feodal, dan tanah subur sudah menjadi modal yang kuat bagi Belanda dalam melancarkan niatnya menguasai perdagangan tembakau.
Oh Tuhan...

Apa jadinya kolaborasi yang terjadi antara feodal dan kolonial?
Jawabannya tentu saja mudah ditebak, kekuasaan dan kekayaan besar dapat dihasilkan kolaborasi tersebut. Asal rakyat jelata melata dan sengsara dapat ditekan, ditindas, didehumanisasi, feodal dan kolonial dapat berkuasa dan kaya di suatu tempat.
Oh Setan...

Mengapa kau yang sampai sekarang masih terbukti sebagai konsep dapat menciptakan konsep-konsep jahat lain seperti feodalisme dan kolonialisme. Atau kalian memang kembar, saling membantu dalam sebuah pengkhianatan universal.

Astaga Tuhan...

Raja-raja bangsawan yang suka mengaku-aku sebagai utusan Tuhan di dunia itu ternyata feodal, mereka anggap kasta itu adalah pembatasan hak dan kewajiban. Jadilah mereka seperti penggembala yang menggembala sapi tanpa henti, memakai cambuk dan makian agar si sapi terus menghasilkan.

Aku tahu campur tangan fisikmu tidak bisa dan tidak mungkin ada untuk mengurusi urusan jahat manusia. Aku juga tahu Kau memberikan keadilan yang nyata ketika Kau ciptakan alam semesta ini.

Namun... Tak bisakah  sebentar saja, sekedar kau jewerkan kuping mereka sebagai peringatan?

Aku juga tahu itu adalah pertanyaan yang konyol, maka pantaslah Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946 terjadi. Kaum republikan yang selama ini merasa tertindas, bangkit melawan dengan cara yang sama kejamnya tapi tidak sama temponya.

Kau memang tidak bisa ku datangi ke tempat-Mu. Tapi anda saja bisa, akan ku jewer kuping-Mu Tuhan, karena kau tidak mau menjewer kuping para bangsawan feodal dan Belanda kolonial itu.
Aku hanya tidak tega melihat pertumpahan darah yang mungkin akan kembali terjadi di tanah eks Sumatera Timur. Anak-anak para pelaku Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946 sudah memulai peperangan ideologi, akan segera menjadi peperangan fisik. Maka memang pantas kalau ku jewer kuping-Mu Tuhan.

Ahhhh...

Memang Kau maha pencipta yang paling ulung hai Tuhan, orang-orang yang fanatik atas ketidaksempurnaan pengetahuannya atas Mu menciptakan kejengkelan dan kemarahan untuk menghantam segala dari diriku. Tak sudi mereka telah ku katakan aku ingin menjewer Mu Tuhan.

Tak arif ternyata...

Sudahlah, kalau begitu ku sampaikan saja amarahku pada tembakau itu. Dengan penuh dendam aku katakan, walau tembakau itu tumbuhan yang istimewa aku akan selalu mencapnya sebagai tumbuhan beracun.

Tembakau beracun yang semakin meracuni bangsawan yang sudah memang sakit kemanusiaannya. Tembakau beracun yang menciptakan racun untuk sejarah kami, Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946.

#NikmatnyaSeranganFajar



Jutaan Umat Islam Indonesia Telah Bersatu Dalam Gerakan Masif, Tak Pernah Disangka

Sebelumnya

Ketergilasan Gerakan Masif Jutaan Umat Islam Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Serangan Fajar