post image
KOMENTAR
MBC. Rupanya Presiden SBY sangat berharap agar para pengusaha cuma jadi jago kandang. Orang nomor satu di negeri ini menantang para pengusaha untuk mempersiapkan diri menghadapi perdagangan bebas ASEAN.

''Mau jadi macan kandang atau mau jadi macan Asia?'' kata SBY dalam pembukaan acara Indonesia Young Leaders Forum 2013 yang digelar Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) di Hotel Ritz Carlton Jakarta, kemarin.

Hadir dii sana Ketua Umum Hipmi Raja Sapta Okto Hari, pengusaha muda Anindya Bakrie, MEnko Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri ESDM Jero Wacik dan lainnya.

Menurut SBY, jika ingin menjadi macan Asia, maka harus ada sinergi yang cukup kuat antara pengusaha dan pemerintah untuk menyelesaikan tantangan-tantangan sebelum 2015.

SBY menyebutkan, lima masalah yang harus segera dibenahi. Pertama, peningkatan kapasitas SDM agar bisa bersaing. Kedua, peningkatan industri sumber daya alam. Yakni membuat bahan mentah menjadi bernilai tambah.

Ketiga, mengatasi persoalan logistik nasional yang selama ini menyebabkan harga-harga barang menjadi mahal. Keempat, mengatasi infrastruktur yang masih minim. Dan Kelima, memperbaiki iklim investasi.

Di tempat terpisah, Menteri Perindustrian MS Hidayat menyatakan, pelaku industri dan produk tekstil (TPT) diminta meningkatkan daya saing menghadapi perdagangan bebas ASEAN tahun 2015. Pasalnya, hasil produksi Indonesia sampai kini masih tertinggal jauh dari Vietnam.

''Walaupun kita masuk 10 besar negara dengan produksi tekstil terbesar di dunia, tetapi Vietnam nomor satu di ASEAN,'' kata Hidayat usai membuka Munas ke XIII Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) di Gedung JIExpo Kemayoran Jakarta, kemarin.

Hidayat sebagaimana disiarkan Rakyat Merdeka Online mengatakan, kualitas produk TPT harus diperbaiki. Indonesia nanti harus menjadi basis produksi produk TPT, bukan hanya menjadi pasar untuk negara ASEAN.

Diungkapkannya, total penduduk negara ASEAN hampir 400 juta jiwa. Sebanyak 240 juta di antaranya masyarakat Indonesia. TPT harus berkembang agar bisa menguasai pasar.

Hidayat mengungkapkan, potensi pasar tekstil di Indonesia cukup bagus. Hal itu bisa dilihat dari trend impor produk TPT yang meningkat cukup signifikan beberapa tahun terakhir. Meskipun impor produk TPT tahun 2012 jauh lebih rendah bila dibandingkan tahun 2011.

''Tahun 2012 nilai impor TPT sebesar 8,14 miliar dolar AS. Nilai itu menurun 3 persen bila dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 8,4 miliar dolar AS,'' kata politisi Partai Golkar itu.

Persaingan di tingkat dunia, lanjutnya, produk TPT masih dikuasai China. Tapi, saat ini industri TPT di Negeri Tirai Bambu itu sedang bermasalah dengan sektor tenaga kerjanya. Banyak perusahaan TPT China yang berniat merelokasi pabriknya ke negara lain, salah satunya ke Vietnam dan Indonesia. Upah di kedua negara ini dinilai lebih rendah. Kelemahan Indonesia dan Vietnam, menurut mereka masalah skill.

Untuk mendorong agar industri TPT berkembang, Hidayat menuturkan, Kemenperin akan berkerja sama dengan API untuk memperbanyak kegiatan peningkatan keterampilan. Selain itu, kementerian akan memberikan tax holiday bagi perusahaan yang ingin memproduksi dan mengembangkan mesin tekstil.

Kenapa? Karena kelemahan industri di dalam negeri, yakni masalah mesin dan teknologinya.

''Mesin tekstil di sini sebagian besar adalah impor sehingga pemerintah akan memberikan tax holiday untuk perusahaan yang ingin investasi mesin di Indonesia. 500 pabrik tekstil butuh peremajaan mesin tekstil. Kalau tergantung impor, daya saing akan ketinggalan,'' warning-nya. Ketua Umum API Ade Sudrajat Usman setuju dengan upaya pemerintah tersebut. Menurutnya, penguasaan teknologi dan peningkatan SDM dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing.

''Banyak pesaing baru yang muncul. Industri yang teknologinya tertinggal kini semakin tertekan,'' kata Ade. [ans]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi