post image
KOMENTAR
Tangan putih lentiknya dengan cekatan merangkai sedotan menjadi sebuah tas cantik. Dengan mahir ia terus merangkai sedotan warna-warni itu dengan menggunakan benang pancing. Kombinasi warna yang pas, membuat karya-karya yang dihasilkan begitu menawan.

Dia adalah Lindawati. Di tangan perempuan berusia 60 tahun, sedotan (pipet-red) dapat disulap menjadi barang bernilai seni tinggi dan dengan harga jual tinggi, seperti tas, rangkaian beragam jenis bunga, boneka dengan ragam jenis, bunga balai untuk pesta perkawinan, vas bunga, baju boneka barbie, dan lain sebagainya.

Bahan dasar sedotan dipasok langsung dari pulau Jawa. Bahkan Linda merupakan pemasok tunggal dari seluruh Indonesia.

Sebelumnya, Linda berprofesi sebagai perias pengantin, designer kebaya dan gaun pengantin di Jakarta. Bosan dengan rutinitas sebagai perias pengantin selama 30 tahun, terhitung mulai tahun 1997 hingga 2005, Linda memutuskan untuk pindah ke Medan, ikut dengan suaminya yang lebih dahulu menetap di Medan.


"Karena saya merasa bosan dan sangat letih menekuni usaha rias pengantin, belum lagi kalau dengerin keluhan pelanggan, Duh! Capek banget rasanya," ujar Linda saat ditanya kenapa tertarik mendirikan Ikebana.

Perempuan berkulit putih ini, mulai belajar merangkai sedotan pada tahun 2003 silam. Ia belajar sendiri, berimajinasi sendiri, agar bisa beralih profesi.
Dan di tahun 2005, ia resmi beralih profesi sebagai pengrajin. Usahanya di beri nama Ikebana Handycraft. Sekarang ia memiliki toko yang berlokasi di jalan Kiwi Komplex Kasuari Indah II Blok C 48, Medan Sunggal.

Nama Ikebana Handycraft, ia temukan saat sedang berwisata bersama suaminya ke Tokyo, Jepang. Saat itu Linda mendengar orang-orang menyerukan kata Ikebana, saat orang-orang sedang mempromosikan sebuah produk.

Ikebana berarti merangkai. sepulang dari Tokyo, nama Ikebana terngiang dibenaknya. Kemudian ia berpikir menjadikan nama Ikebana sebagai nama usaha miliknya. Dari situlah Linda  terpikir untuk membuat usaha miliknya dengan nama Ikebana Handycraft.

Tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk menjadi sukses seperti sekarang. Dalam mendirikan usahanya Linda menuai banyak hambatan, salah satunya kesulitan saat ingin mendapatkan hak paten untuk usahanya.

Linda mengaku pernah dipersulit oleh Dinas Prindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut untuk mendapatkan hak paten, sampai-sampai ia harus menelpon Kepala Disperindag Pusat agar usahanya untuk mendapatkan hak paten tidak dipersulit. Selain itu Linda juga sering ditipu karena ia mudah percaya dengan orang lain.

Tapi, kini usahanya berkembang pesat. Dengan memperkerjakan 4 karyawan saja, Linda sudah bisa menghasilkan berbagai produk menawan yang di pasarkan hampir ke seluruh Indonesia. Bahkan juga di ekspor sampai ke Malaysia. Beberapa kali juga ia pernah memamerkan produknya sampai ke Penang dan Kuala Lumpur.

Berbagai penghargaan bergengsi pun pernah diraihnya. Diantaranya juara satu produk Handycraft terbaik se-Indonesia yang digelar di Palembang dan Penghargaan dari HP3KI (Himpunan Pemilik, Pemimpin, Pelatih Kewirausahaan Indonesia).

Rajin, tekun, pantang menyerah dan menghargai waktu. Itulah rahasia Linda untuk menjadi Sukses seperti sekarang.

"Saya orangnya ulet, setiap apa yang saya kerjakan harus didasari dengan tekad yang kuat. Saya juga emoh diam, tidak ada waktu yang terbuang sia-sia bagi saya, harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Lah wong suami saya saja bilang, kok gak bisa diem ya tangannya? Selalu ada saja yang dikerjakan. Begitulah saya," tutur perempuan blasteran Belanda Jawa ini dengan logat khas Jawa.

Ia juga aktif diberbagai organisasi pengusaha, salah satunya IWAPI, ia di tetapkan sebagai Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan IWAPI SUMUT. Awal masuk ke Medan, ia memperkenalkan usaha dan memberikan pelatihan kepada anggota Dharmawanita, ibu-ibu PKK dan Siswa-siswa. Saat ini ia aktif dalam memberikan pelatihan di kampus-kampus dan mengembangkan usahanya.


Kurangi Pengangguran

Dibalik kerja kerasnya selama ini, terselip cita-cita mulia. Linda ingin sekali mengurangi angka pengagguran di Indonesia. Perempuan yang masih kelihatan muda walau berusia 60  tahun ini bermimpi bahwa suatu saat nanti anak-anak muda Indonesia sudah mempunyai keterampilan sendiri dan bisa membuka usaha dari keterampilan yang dimilikinya itu.

Untuk mewujudkan mimpinya tersebut, Linda kini bekerjasama dengan beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di Medan. Salah satunya menjalin kerjasama dengan Perguruan Panca Budi Medan.
Linda mengajarkan guru-guru keterampilan atau muatan lokal untuk merangkai sedotan. Kemudian guru tersebut dapat mengajarkan kepada para siswa. Tidak jarang juga Linda juga mengajarkan langsung kepada siswa.

Dia juga membuka lembaga pelatihan untuk merangkai sedotan menjadi aneka barang menawan, di rumah sekaligus tokonya, di jalan Kiwi Komplex Kasuari Indah II Blok C 48, Medan Sunggal. Selain itu, Linda juga bersedia melatih mahasiswa-mahasiswa yang tertarik untuk merangkai sedotan. Contohnya, mahasiswa USU, sudah pernah dilatihnya.


Satu hal lagi, Linda ingin sekali bertemu dengan Menteri Pendidikan dan kebudayaan, Muhammad Nuh.

"Saya itu, ingin sekali jumpa sama Pak Muhammad Nuh, saya mau bilang sama dia agar mata pelajaran keterampilan untuk SMP dan SMA itu supaya ditingkatkan lagi, saya ingin mata pelajaran keterampilan ini juga menjadi salah satu meta pelajaran utama, seperti Matematika, Bahasa Indonesia, IPA,  dan IPS. Saya ingin bekerjasama dengan Kemendikbud untuk melakukan pelatihan-pelatihan. Ya istilahnya mengurangi angka pengangguran dengan jalan memberikan edukasi keterampilan. Begitu!" tutur Linda dengan tangan yang terus tidak berhenti merangkai sedotan. [Ima Zahara]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Ekonomi