post image
KOMENTAR
MBC. Penyelenggara pemilu harus lebih cerdik dalam memberi kesadaran kepada para pemilih pemula bahwa pemilu akan membawa perubahan dan menentukan masa depan bangsa.

Caranya, penyelenggara pemilu dapat memanfaatkan media sosial seperti Facebook dan Twitter yang sangat strategis menjaring partisipasi pemilih pemula -yang didominasi oleh kalangan muda.

Itu disampaikan Pakar Komunikasi Politik Universitas Indonesia (UI), Ari Junaedi, di Jakarta, Senin (3/6/2013).

"Ajakan melalui media sosial dapat menjadi ajang pendidikan politik baru bagi pemilih pemula, mengingat penggunanya kebanyakan anak-anak muda," ujarnya.

Ari mengatakan melalui media sosial berbagai informasi terkait Pemilihan Umum 2014 dapat disebarkan dengan gaya bahasa yang juga dekat dengan anak-anak muda.

Menurut Ari, sosialisasi pemilu melalui media sosial dapat mengantisipasi tingginya angka golongan putih (golput) atau pihak yang tidak memilih dari kalangan pemilih pemula pada Pemilu 2014.

Hal tersebut dapat diupayakan, lanjut Ari, karena pemilih pemula akan mengenal dan merasa dekat dengan berbagai elemen pemilu seperti tahapannya, parpol yang menjadi peserta pemilu, maupun cara memilihnya.

Ari mengatakan, tingkat partisipasi masyarakat yang semakin menurun dalam pemilihan kepala daerah, dikhawatirkan akan terjadi pada pemilihan legislatif dan pemilihan presiden, terutama pada kalangan pemilih pemula.

"Ada ketidakpercayaan pemilih terhadap peserta pemilu karena sering terjadinya kasus korupsi di kalangan kepala daerah. Mereka menganggap siapapun yang menang tidak akan membawa perubahan," kata Ari. [rob]


Ganjar Pranowo Dilaporkan ke KPK, Apakah Prediksi Fahri Hamzah Terbukti?

Sebelumnya

Apple Kembali Alami Kenaikan Pendapatan, Kecuali di China Raya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa