post image
KOMENTAR
Menteri Perindustrian Mohammad Suleman Hidayat mengatakan masih terdapat permasalahan utama dalam perundingan pengambilalihan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).

''Yakni perhitungan penetapan nilai buku,'' katanya, kemarin.

Menurut dia, pihak Indonesia menginginkan nilai buku tanpa revaluasi aset PT Inalum pada periode 1997/1998-1998/1999. Sementara pihak Nippon Asahan Aluminium (NAA) menginginkan nilai buku termasuk revaluasi aset.

Hidayat menyatakan, penghitungan revaluasi aset tersebut mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 507/KMK.04/1996. Revaluasi terhadap aset tetap PT Inalum ini, Hidayat menambahkan, bertujuan untuk memperbaiki posisi finansial perusahaan tersebut dan memastikan perusahaan dapat tetap berjalan sebagaimana mestinya. “Supaya kedua belah pihak tidak sama-sama merasa dirugikan,” ucapnya

Dia mengklaim penghitungan revaluasi aset ini tetap pada prinsipnya yang tidak memperbaiki bentuk fisik atau mengubah umur ekonomi dari aset tetap, melainkan tindakan untuk menilai kembali aset tetap sesuai nilai pasarnya.

Terkait dengan dana pengambilalihan PT Inalum, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Ansari Bukhari menyatakan, dana yang dibutuhkan untuk pengambilalihan saham Nippon Asahan Aluminium (NAA) sebesar 58,88 persen di PT Inalum diperkirakan sebesar US$ 709 juta, atau setara dengan Rp7 triliun.

''APBN 2012 Rp 2 triliun dan APBN 2013 Rp5 triliun,'' kata dia seperti dikutip dari liputanbisnis.

Dana itu, menurut Ansari, akan digunakan untuk pembelian aset, dana contingency, serta biaya operasional perusahaan selama masa transisi.[ans]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi