post image
KOMENTAR
Para supir angkutan umum di Kota Medan merasa nasibnya di ujung tanduk. Hal ini  menyusul rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang akan dilakukan oleh pemerintahan presiden Jokowi -JK dalam waktu dekat ini.

Pemerintah memang belum menetapkan berapa persen kenaikan harga BBM premium dari yang berlaku sekarang Rp6.500 per liter, untuk mengurangi beban subsidinya.

"Pemerintah belum menetapkan, tapi kami sudah  gelisah dengan rencana kenaikan BBM, karena dengan harga BBM yang sekarang saja kami sudah repot," kata supir angkutan umum (angkot) Koperasi 07 Line Tembung - Amplas , Julius Simanjuntak (40), Rabu (12/11/2014).

Dikatakannya,  kondisi sekarang semakin susah untuk mencari penumpang, karena banyaknya masyarakat yang telah memiliki sepeda motor.

"Bandingkan saja, harga BBM sekarang Rp 6500 sedangkan tarif angkot sekarang Rp 4500 sekali pergi, makanya orang lebih memilih naik sepeda motor. Jika harga BBM dinaikkan lagi, tak ada lagi penumpang kami," jelasnya.

Ia juga mengaku, sekarang ini semakin berat mencari uang setoran setiap harinya. “Entah bagaimana nanti nasib kami setelah harga BBM naik, karena mau tidak mau tarif angkot juga naik," katanya.

Hal senada dikatakan sopir angkot Hikma 26 rute Medan Mall -Amplas, Hendrik(30). Ia mengaku,  kondisi masyarakat  selama ini jauh dari nilai sejahtera, bukannya sedikit tertolong dengan kinerja pemerintah, malah semakin merasa terjepit dengan keputusan dinaikkannya  harga BBM.

"Kami dan sopir angkot lainnya  dengan kadar ekonomi yang serba pas-pasan selama ini sudah sangat terbebani dengan harga bahan bakar minyak yang mencapai Rp6500 per liternya, sangat disayangkan bukannya ada penurunan harga yang terjadi justru kenaikan harga BBM lagi yang akan dilakukan pemerintah dan jauh dari kemampuan kami," katanya.

Kabar akan dinaikkannya harga BBM membuat dirinya  merasa sangat cemas. Bagaimana tidak, untuk mencukupi kebutuhan pangan mereka sehari-hari saja mereka sudah kebingungan apalagi ditambah dengan naiknya harga bahan bakar minyak.

"Kami dan rakyat di negeri ini sepertinya memang tidak akan pernah lagi bisa bernafas lega. Pemerintah seolah menjadi pahlawan penyelamat anggaran agar tidak defisit. Tetapi mereka tidak melihat, hal ini justru akan membuat beban hidup kami  semakin berat," katanya.

Sementara, Dini (17) pelajar kelas II SMA di Medan meminta agar pemerintahan Presiden Jokowi - JK tidak menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), karena akan berdampak besar bagi masyarakat maupun para pelajar.

"Bayangkan saja bang,  uang jajan dikasih orang tua hanya Rp 15000, jika  BBM jadi naik maka ongkos yang kami keluarkan bertambah besar. Sedangka uang yang dikasih orang tua sudah semua disitu. Aku sekolah sampai siang dan langsung ditambah pergi les lagi," katanya.[rgu]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi