post image
KOMENTAR
Kebijakan Presiden Jokowi menurunkan harga BBM dinilai sebagai tindakan untuk mendongkrak kembali citra yang sudah mulai turun.

Demikian disampaikan Ketua Humas PP Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Riyan Fajri dalam keterangannya, Kamis (1/1).

Kata Riyan, perlu diingat, harga kebutuhan pokok dan biaya transportasi sudah telanjur naik akibat kenaikan harga BBM sebelumnya.

Jika Jokowi punya iktikad baik dan bukan semata pencitraan, maka semestinya pemerintah melakukan normalisasi harga kebutuhan pokok dan biaya transportasi yang sudah naik itu.

"Menurunkan harga BBM saja tidak cukup," tandas Riyan.

Ketua Umum PP KAMMI Andriyana sebelumnya mengatakan, pencabutan subsidi premium adalah bentuk pelepasan harga suatu komoditas kebutuhan rakyat ke mekanisme pasar. (Baca: Lepas Harga BBM ke Pasar, Jokowi-JK Makin Kentara Antek Neolib).

Pada  17 November lalu, BBM jenis peremium naik dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500 per liter. Dan BBM jenis solar naik dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500 per liter.

Dan mulai 1 Januari 2015 ini, pemerintah mengumumkan pemberian subsidi BBM hanya pada jenis tertentu, yakni minyak tanah dengan harga Rp 2.500 per liter dan solar dengan harga Rp 7.250 per liter. Adapun RON 88 (premium) meskipun tidak disubsidi, harganya diturunkan dari sebelumnya Rp 8.500 per liter menjadi Rp 7.600 per liter, dan solar turun menjadi Rp 7.250 per liter. [hta/rmol]

Ganjar Pranowo Dilaporkan ke KPK, Apakah Prediksi Fahri Hamzah Terbukti?

Sebelumnya

Apple Kembali Alami Kenaikan Pendapatan, Kecuali di China Raya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa