post image
KOMENTAR
Wacana penghapusan perdagangan pakaian bekas yang disampaikan oleh Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel bukan hanya mendapat kritikan dari kalangan pedagang. Warga yang sudah terbiasa membeli pakaian bekas yang populer disebut orang Medan dengan istilah Monza, juga mengkritik wacana tersebut.

Ada beberapa alasan mengapa warga lebih suka membeli pakaian monza dibanding membeli pakaian baru. Diantaranya yakni lebih murah dari sisi harga, lebih berkualitas dibanding produk baru buatan dalam negeri dan memiliki model yang lebih menarik.

"Monza itu kualitasnya jauh lebih bagus dibanding baju yang baru," kata Ramlan Tarigan, warga Binjau yang memburu monza hingga ke Pasar Simalingkar, Medan, Rabu (5/2/2015).

Ramlan tidak sungkan menunjukkan salah satu baju "bermerk" yang baru dibelinya di pasar tersebut sebagai bukti bahwa pakaian bekas atau monza tersebut masih unggul dibandingka baju baru.

"Aku bisa membeli baju merk ini hanya dengan Rp 50 ribu. Kalau kita beli baju barunya di Mall, ini harganya minimal Rp 250 ribu. Sekarang susah cari uang, jadi lebih baik belanja monza," ujarnya.

Hal yang sama disampaikan pembeli lain, Desy Ginting. Menurutnya, pemerintah tidak tepat menghapuskan baju tersebut karena hal ini menjadi salah satu alternatif menghemat biaya bagi masyarakat.

"Sekarang semua harus dihemat. Rugi kalau beli baju baru, udahlah harganya mahal, kualitasnya pun jelek," ungkapnya.

Sebelumnya Menteri Perdagangan berencana menghapuskan perdagangan pakaian bekas karena dinilai menularkan virus HIV dan menyebarkan bakteri yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Saat ini sosialisasi penghapusan perdagangan pakaian bekas tersebut sedang dilakukan.[rgu]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi