post image
KOMENTAR
AM Hendropriyono, bos PT Adiperkasa Citra Lestari, kembali menjadi bahan perbincangan belakangan ini. Kali ini, perbincangan seputar mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) itu terkait dengan Mou antara Adiperkasa dengan Proton Holdings Bhd (Malaysia).

Lebih-lebih Mou itu disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo. Publik di berbagai media sosial pun mengkritik Jokowi, dan mengaitkannya kembali dengan mobil Esemka. Kedatangan Jokowi dalam MoU ini dinilai menjadi bukti bahwa selama ini soal Esemka hanyalah pencitaraan belaka.

Atas beragam kontriversi ini, Hendroriyono pun menyampaikan tanggapan. Hendro mengatakan bahwa soal membangun pabrik mobil made in Indonesia sudah menjadi cita-citanya. Dengan bersemboyan pada old soldier never die, Hendro masih ingin berbakti kepada bangsa di usia senja.

"Celakanya termasuk kepada para demagog di antara masyarakat kita," tulis Hendropriyono sebagaimana dikutip dari Tribunnews.com (Senin, 9/2/2015). Dan inilah tanggapan lengkap dari Hendro.

"Membangun pabrik mobil made in Indonesia, sudah menjadi cita-cita saya sejak kebatalan KIA yang saya pegang, karena prinsipalnya diakuisisi oleh Hyundai. Dengan bersemboyan pada "Old Soldier Never Die", pada senja hidup saya ini saya masih ingin berbakti kepada bangsa kita, yang celakanya termasuk kepada para demagog di antara masyarakat kita.

Bakti yang saya inginkan tersebut karena pemikiran, bahwa dulu waktu bangsa kita ada yang bikin pabrik sepeda, anak bangsa negara-negara tetangga belum bisa bikin. Sekarang mereka ada yang bikin pabrik automobil, kita malah belum ada.

Bangsa kita bisa jadi pecundang, karena ada saja oknum yang tidak merasa malu menjelek-jelekkan orang lain yang dia sendiri tidak berbuat apapun untuk bangsanya. Pabrik mobil nasional (nation=bangsa) yang saya cita-citakan bukanlah mobil negara.

Kalau pabrik yang akan kami bangun dia sebut mobil nasional karena salah kaprah istilah, sebaiknya yang bersangkutan belajar dulu istilah-istilah akademik dengan benar.

Pabrik mobil asli buatan Indonesia perlu dana sangat besar, yang saya dapat pinjam dari sindikasi beberapa lembaga keuangan luar negeri. Proyek ini merupakan usaha padat karya, insya Allah bisa menampung sampai dengan 6.000 tenaga kerja, yang saya tahu jangka waktunya sangat jauh lebih lama daripada usaha property dan lain-lain yang saya geluti, dalam mendatangkan keuntungan perusahaan.

Saya cs menggandeng Proton, untuk kerjasama dalam R and D dan teknik. Atas dasar itu akan lebih efisien bagi kita, dalam membangun infrastruktur beserta gelar after sale dan networking-nya. Kerjasama ini sifatnya B to B. Kami swasta, Proton juga kini swasta.

Kita harus berterimakasih kepada Presiden Jokowi yang mau diajak PM Najib dan Tun Mahathir, menyaksikan anak-anak bangsa dari ke dua negaranya membangun kerjasama menghadapi tantangan negara-negara maju. Demikian seyogyanya sebagai pemerintah memacu semangat rakyatnya, untuk bersama-sama membangun negaranya sendiri.

Obama pun di Bali menyaksikan, kawan kita swasta bertransaksi dengan Boeing Amerika. Itu karena kita beli, apalagi ini yang karena kita mau membangun pabrik sendiri.[rgu/rmol]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Ekonomi