post image
KOMENTAR
Sungguh malang nasib yang menimpa anggota DPD RI Sulistyo. Niat mau sehat dengan ikut terapi hiperbalik, pria yang juga menjabat Ketua Umum PGRI ini malah meninggal dalam kebakaran yang terjadi di RS TNI Angkatan Laut Mintohardjo, Bendungan Hilir, Jakarta, kemarin siang. Padahal, sebelum kejadian, dia dalam kondisi sehat dan sempat ikut rapat di DPD.

Dalam peristiwa kebakaran itu, ada empat orang yang meninggal. Tiga lainnya adalah Irjen Pol (Purn) Abubakar Nataprawira (65), Edi Suwardi Suryaningrat (67), dr Dimas Qadar Radityo (28). Saat kejadian, semuanya tengah menjalani terapi untuk mengembalikan stamina dalam ruang tabung chamber Palau Miangas, Gedung Udara Bertekanan Tinggi, RSAL Mintohardjo.

Kadispen TNI AL Laksamana Pertama M Zainudin menjelaskan, peristiwa kebakaran terjadi pada pukul 1 siang. Kebakaran itu dipicu korsleting listrik di ruang tabung. "Ketika tekanan dikurangi menjadi 1 atmosfer, terlihat percikan api dalam chamber. Timbul asap putih tebal, dan pasien yang ada di dalam tabung terbakar, tidak dapat diselamatkan," tutur Zainudin.

Terapi itu berlangsung dari pukul 11.30 sampai 1 siang. Jadi, sebenarnya proses terapi sudah hampir beres. Di awal terapi, tekanan di dalam tabung dinaikkan menjadi 2,4 atmosfer. Setelah satu setengah jam, tekanan dalam tabung diturunkan menuju normal, yaitu 1 atmosfer.

Saat tahu ada percikan api, operator langsung membuka fire system (sistem pemadam kebakaran). Sayangnya, dalam kapsul api secara cepat langsung membesar, dan tekanan di dalam naik dengan cepat. Akibatnya, safety valve (katup pengaman) terbuka dan menimbulkan ledakan.

"Beberapa saat kemudian, api mulai padam. Namun, keempat korban tidak dapat diselamatkan," terangnya. Pada pukul 2 siang, korban dan juga petugas terapi baru bisa dievakuasi. Jenazah korban kemudian dibawa ke RS Polri untuk proses autopsi.

Atas peristiwa ini, pihak RSAL Mintohardjo meminta maaf yang sedalam-dalamnya. "Kami atas nama RSAL Mintohardjo meminta maaf yang sebesar-besarnya," ucap Zainudin.

Terapi ini sebenarnya biasa diberikan kepada para penyelam untuk mengembalikan stamina. Dalam terapi itu, dimasukkan oksigen murni sehingga kondisi tubuh para penyelam menjadi normal. "Selain itu terapi ini juga untuk pengobatan. Sejauh ini sudah dioperasikan sejak 2013, dan selama itu belum mengalami kecelakaan apapun," urai Zainudin.

Pihak DPD dan Kementerian Pendidikan sangat berduka atas meninggalnya Sulistiyo. Apalagi, selama ini Sulistyo dikenal sebagai sosok yang baik, dekat dengan para anggota DPD lain, dan dicintai para guru. "Tentu bangsa Indonesia kehilangan sosok beliau," tutur Ketua DPD Irman Gusman.

Pagi hari kemarin, Sulistyo masih menjalankan tugasnya. Dia ikut dalam konsinyering tentang rancangan undang-undang tentang penyandang disabilitas. "Kebetulan kami sedang menyusun konsinyering tentang penyandang disabilitas. Beliau masih ikut menyusun konsinyering itu," ucap Irman.

Menjelang siang, Sulistyo pamit untuk terapi. Dari pihak DPD tidak punya firasat apapun. "Sampai akhirnya terdengar kabar duka ini," imbuh Irman.

Mendikbud Anies Baswedan ikut berduka atas meninggalnya Sulistyo. Anies menyambangi langsung RSAL Mintohardjo untuk melayat almarhum. "Kita semua kehilangan salah satu anak bangsa terbaik dan kejadiannya sama sekali tidak terduga," tuturnya.

Menurut Anies, sebelum meninggal, Sulistyo dalam keadaan sehat. Dia ikut terapi hanya untuk mengembalikan stamina. Seharusnya Sulistyo ikut terapi para pukul 8 pagi. Tapi, karena terlambat, jadinya ikut terapi yang pukul 11 siang.[rgu/rmol]

LPM dan FKM USU Gelar Edukasi Kesahatan dan Pemberian Paket Covid 19

Sebelumnya

Akhyar: Pagi Tadi Satu Orang Meninggal Lagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa