post image
KOMENTAR
Untuk menyambut bulan suci Ramadhan tahun ini, bakal calon gubenur DKI Jakarta mengunjungi lokasi penggusuran Pasar Ikan di Jakarta Utara, Minggu siang (22/5). Setelah shalat Ashar di Mushala Al Jihad yang berada di tengah puing-puing pemukiman warga, wartawan senior itu berdialog dengan masyarakat setempat.

Sekitar 100 warga menghadiri pertemuan yang diselenggarakan di luar mushala. Karpet hijau berukuran besar dibentangkan, dan penganan ringan kacang rebus, jagung rebus, singkong rebus dan keladi rebus dihidangkan. Kopi dan teh menemani pembicaraan ringan tersebut.

Teguh mengatakan, kehadirannya ke lokasi penggusuran di RT 01 dan 12 itu untuk menyambut bulan puasa Ramadhan. Teguh bercerita sedikit, saat masih kecil di Medan bulan puasa selalu disambut dengan gembira.

Setiap kali memasuki bulan Ramadhan, seingat saya almarhumah Ibu saya memasak masakan istimewa dan kami berkumpul dengan kerabat lainnya. Kini saya ingin melakukan hal itu di Pasar Ikan bersama Bapak dan Ibu sekalian,” ujar Teguh yang mengenakan baju koko putih.

Selain itu Teguh juga ingin menyaksikan dari dekat persoalan yang dihadapi masyarakat. Dalam satu bulan terakhir ini Teguh intens mengikuti perkembangan di Pasar Ikan lewat laporan reporter dari media yang dipimpinnya, juga dari diskusi dengan aktivis-aktivis yang membela masyarakat Pasar Ikan.

"Saya memang baru hari ini berkunjung kesini. Tetapi saya tidak pernah absen mengkuti perkembangan di Pasar Ikan dari laporan-kaporan reporter kami," kata dia lagi.

Hal terakhir yang mendorong Teguh berkunjung ke lokasi penggusuran Pasar Ikan adalah untuk mendengarkan keluhan masyarakat sehingga ia memiliki gambaran tentang langkah apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat dengan baik.

Seorang pria yang dipanggil dengan sebutan Edot mengatakan mereka merasa ditipu mentah-mentah oleh pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama dan diperlakukan seperti sampah.

Seorang warga yang sempat menerima tinggal di rusunawa Rawa Bebek, Cakung, mengatakan, tidak dapat tinggal disana. Selain karena dia harus berjuang keras menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, juga karena pindah ke Rawa Bebek mengubah ritme kerjanya.

Mereka juga merasa tertipu di rusunawa itu. Tadinya mereka dijanjikan akan bebas biasa ya sewa selama tiga bulan. Tetapi belakangan mereka diminta memberikan setoran sebagai deposit sebesar tiga kali Rp 300 ribu.

"Listrik yang katanya mau disubsidi juga tidak ada," ujar seorang ibu.

"Kami harus beli voucher listrik dari penjual yang ada di rusunawa. Tidak boleh beli dari tempat lain. Beli Rp 50 ribu, dapatnya Rp 36 ribu," sambungnya.

Menurut mereka, selama ini ada informasi keliru yang dikembangkan kelompok pendukung Ahok seolah-olah warga senang dipindahkan ke Rawa Bebek.

Ada juga warga yang mengeluh bahwa sejak penggusuran mereka tinggal di tenda-tenda dan saling berdesakan.

"Suami dan istri pun sudah lama puasa," kata dia lagi penuh arti dan disambut tawa teman-temannya. [hta/rmol]




Teguh Santosa: Protes Agung Podomoro Salah Alamat, Tidak Ada Negara dalam Negara

Sebelumnya

Teguh Santosa Serahkan Bantuan Al Quran untuk Warga Pasar Ikan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Teguh Santosa