post image
KOMENTAR
Pemerintah, dalam hal ini Kementrian Agama, akan menyelenggarakan sidang itsbat untuk untuk menentukan jatuhnya tanggal 1 Syawal, Senin sore nanti (4/6). Tiap tahunnya, tidak sedikit umat muslim yang bepuasa maupun berlebaran tidak serentak dengan ketentuan pemerintah.

Hal itu karena ada dua metode berbeda dalam perhitungan awal bulan maupun akhir bulan Hijriah. Agar tidak terjadi lagi perbedaan dalam merayakan hari besar Islam, pemerintah perlu membuat kalender Islam atau kalaender hijriyah.

"Kedepan kalender hijriyah yang di dalamnya terdapat hari-hari besar Islam seperti hari wukuf haji, hari awal ramadlan, hari 1 syawal dan lain-lain, diharapkan ditetapkan permanen seperti kalender Masehi jauh sebelum tibanya hari hari penting tersebut," kata Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Sodik Mujahid, kepada wartawan melalui siaran persnya, Senin (4/7).

Dia mengakui untuk menetapkan hari-hari penting tersebut perlu ke hati-hatian. Akan tetapi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, dan banyaknya pakar muslim yang sangat mumpuni dalam bidang astronomi serta menguatnya kemampuan lembaga-lembaga ke astronomian di Indonesia, umat Islam Indonesia sudah mampu menghitung secara  akurat tibanya  hari hari -hari raya Islam beberapa tahun sebelum jatuhnya hari penting tersebut.

"Disinilah sidang itsbat  digelar yakni beberapa tahun sebelumnya untuk  menetapkan kalender hijriyah yang akan berlaku puluhan tahun. Jadi sidang itsbat tidak digelar tahunan jelang jelang tibanya hari hari penting tersebut," papar politisi Partai Gerindra ini.

Dengan demikian, lanjut dia, pada H-1 hari raya Islam, Menteri Agama hanya mengingatkan dan mengukuhkan kembali tibanya hari tersebut tanpa harus melakukan sidang itsbat lagi. Dengan cara ini, menurutnya ada beberapa hikmah yang dapat diambil. Pertama Umat Islam sudah mendapat kepastian jauh lebih awal tentang tibanya hari-hari raya.

Kedua menghemat energi terutama enerji psikologis ketika berbeda pendapat dalam sidang itsbat tiap tahun. Ketiga Islam dan umat islam  sesuai fitrahnya akomodatif bahkan terangsang menjadi terdepan dalam pengembangan Iptek termasuk dalam bidang astronomi.

"(Keempat) mengurangi perbedaan pendapat jelang menghadapi hari hari raya penting. Walo perbedaan peN dapat adalah rahmat tp ketika berbeda pendapat urusan masif dan jelang hari-hari raya penting, hal tersebut dirasakan kurang nyaman dan kurang menguntungkan bagi ummat," pungkasnya.[rgu/rmol]

LPM dan FKM USU Gelar Edukasi Kesahatan dan Pemberian Paket Covid 19

Sebelumnya

Akhyar: Pagi Tadi Satu Orang Meninggal Lagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa