post image
KOMENTAR
Tiap saat kita selalu bertanya, apakah generasi muda masih mewarisi nilai-nilai kepahlawanan. Pertanyaan itu tidak gampang untuk menjawabnya. Karena realitasnya, jangankan yang muda, yang tua saja sudah tidak memiliki dan mewarisi nilai-nilai kepahlawanan.

Buktinya, sangat susah mencari sosok dari golongan tua yang bisa menjadi tauladan bagi generasi muda. Jangankan masyarakat umum, bagi para pemimpin saja, mereka tidak mengingat lagi pahlawannya. Misalnya saja, ada pemimpin yang salah menyebut tempat kelahiran Presiden pertama RI Soekarno.

Pernyataan itu disampaikan sejarawan Universitas Indonesia (UI) JJ Rizal saat diskusi Empat Pilar MPR yang berlangsung di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/11). JJ Rizal menjadi narasumber bersama Anggota MPR RI Fraksi PKB Jazilul Fawaid dengan membahas tema Implementasi Hari Pahlawan dan Mengenali Kembali Jati Diri Bangsa.

Jelas dia, ketidakpahaman mereka terhadap para pahlawan, membuat mereka tidak berprilaku, bersikap dan berfikiran sebagaimana pahlawan, salah satunya Soekarno.

"Bagaimana mereka bisa mewarisi jiwa kepahlwanan kalau pahlawannya sendiri tidak mereka kenali," kata JJ Rizal menambahkan.

Karena kesulitan mencari tauladan dari orang yang masih hidup, menurut JJ Rizal, sebagian orang mencoba menghidupkan orang mati untuk menjadi tauladan. Mereka inilah yang digali pemikiran dan kehidupannya agar bisa ditauladani oleh generasi muda.

"Yang  pasti kita prihatin, karena generasi muda kita mengalami krisis kepahlawanan. Mereka tidak bisa mengambil ketauladanan dari orang-orang yang sekarang masih hidup," ujarnya.

Sementara Jazilul Fawaid mengatakan, antara Hari Pahlawan 10 November dan Hari Santri 22 Oktober, memiliki kaitan yang sangat erat. Pada 22 Oktober dikobarkan semangat jihat, dan 10 November arek Surabaya melawan penjajahan. Karena itu tidak salah jika heroisme dan kepahlawanan dikatakan bermula dari kesantrian.

Pancasila menurut Jazilul merupakan karya oroginal dari Islam nusantara. Karena itu antara Islam dan Indonesia tidak bisa dipisahkan. Apalagi Islam di Indonesia tidak sama dengan Islam di Saudi, Arab atau Mesir. Karena Islam di Indonesia sudah melalui akulturasi budaya.

"Agar Indonesia maju, Islamnya harus maju terlebih dulu. Agar Islam maju, maka majukan dulu nilai-nilai Pancasila," kata Jazilul menambahkan. [hta/rmol]

Komunitas More Parenting Bekerja Sama Dengan Yayasan Pendidikan Dhinukum Zoltan Gelar Seminar Parenting

Sebelumnya

Sahabat Rakyat: Semangat Hijrah Kebersamaan Menggapai Keberhasilan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Komunitas