post image
KOMENTAR
BINJAI adalah sebuah kota transit yang terletak di urat nadi Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam. Tak hanya berada di pintu gerbang pertemuan kedua propinsi itu, Binjai juga menjadi titik yang akan menghubungkan kota-kota seperti Stabat, Brandan, Pangkalan Susu, Tanjung Pura dan Medan.

Sebagai sebuah kota transit, tentu saja penduduk setempat menjadikan Binjai sebagai kota niaga yang penting di Sumatera Utara.

Aneka produk barang dan jasa menjadi andalan usaha warga di Kota yang juga populer dengan hasil tanaman buah rambutannya.

Namun, keberhasilan Binjai sebagai kota perdagangan yang cukup sukses di Sumut ini tidak diiringi dengan tata kelola ruangnya.

Hari ini, kemacetan terus berlangsung di pusat kota ini. Apalagi di jam-jam tertentu. Macet bisa menjadi momok menakutkan bagi pelintas.

Meski Pemko sudah mengeluarkan sejumlah kebijakan terkait mengurai kemacetan di pusat Kota Binjai, namun hasilnya belum seperti yang diinginkan. Pasalnya, selain ketidaksadaran pelintas jalan, sanksi pun tak tegas ditegakkan. Terbukti dari banyaknya warga yang tak disiplin dan sengaja melakukan pelanggaran lalu lintas, meski sudah berdiri banyak papan rambu di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman.

Kebijakan jalan satu arah, agaknya memberikan kesempatan yang cukup besar bagi pelaku "industri" parkir. Sehingga ruas jalan yang mestinya menjadi sedikit lengang, tetap saja penuh sesak dengan parkir kenderaan di sepanjang jalan.

Kesemrawutan pusat kota niaga ini menjadi-jadi, tatkala papan karangan bunga berdiri ikut merayakan kemacetan. Puluhan papan karangan bunga itu berdiri di sepanjang pulau jalan Sudirman. Memang tak banyak "mencuri" badan jalan, namun cukup membahayakan pelintas dan tentu saja membuat pemandangan jadi berantakan.

Seiring malam, pemandangan kemacetan akan hilang dengan sendirinya. Namun kesibukan Kota Binjai sebagai kota niaga tak berhenti. Begitu, hari gelap, suara bising dari kenderaan bermotor dan seliweran warga yang melakukan transaksi dagang, hilang. Namun, sebagai gantinya, suara-burung wallet akan menggantikan suara-suara yang siang siang hari ramai didengar.

Suara-suara burung wallet itu berasal dari gedung-gedung tinggi yang disengaja dibangun untuk menangkar burung wallet yang terbang liar di atas Kota Binjai.

Memang, entah sejak kapan, Binjai menjadi hunian burung wallet, tapi itulah faktanya. Setiap malam, burung-burung yang liurnya dibanderol mahal itu memang ramai bertengger di kabel listrik di sepanjang Jalan Sudirman.

Dan suara rekaman burung wallet terus berkumandang dari gedung-gedung tinggi yang sengaja dibangun dengan harapan ribuan burung wallet itu mau pindah ke penangkaran.

Kota Binjai adalah kota niaga. Perannya kurang lebih seperti kota-kota transit lainnya di dunia. Sayangnya, tata kelola ruangnya terkesan sembarangan. Bila siang, macet kenderaan. Bila malam, berisik oleh suara rekaman burung wallet. [hta]




Orang Medan Sangat Kenal dengan Pajak

Sebelumnya

Mual Jabi-jabi, Tempat Para Raja Marangir

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga