post image
KOMENTAR
Aktivis pro demokrasi Adhie M. Massardi sebenarnya enggan menanggapi klaim Basuki T. Purnama bahwa dirinya pahlawan demokrasi. Karena terdakwa kasus penistaan agama tersebut sesunguhnya tidak paham apa itu demokrasi.

"Saya malas menanggapi orang yang nggak paham terhadap demokrasi," jelas Adhie saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL pagi ini.

Bahkan, menurutnya, Ahok ini adalah sosok contoh yang pas terhadap apa yang diperingatkan oleh tokoh bangsa yang juga mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif.

"(Ahok) ini orang yang, kalau menurut istilah Buya Syafi, pecah kongsi antara kata dan perbuatan. Dalam konteks demokrasi, Ahok bukan pahlawan. Tapi seperti yang aku tulis dalam sajakku, (Ahok ini) benalu demokrasi," urai Adhie yang juga seorang penyair ini. [Sajak: Benalu Demokrasi]

Koordinator Gerakan Indonesia Bersih ini menguraikan bahwa demokrasi itu mensyaratkan harus siap menerima kritik. Tapi Ahok ini orang yang anti kritik.

"Setiap dikritik, dia memaki-maki. Dia pernah dikritik anak UI, dia minta anak UI itu dipecat," ucapnya.

Tak hanya itu, orang yang mengkritik Ahok juga akan diserang oleh para pendukungnya di media sosial. Pengkritik akan dikuliti secara personal.

"Faktanya, setiap orang yang mengkritik dia, langsung diserang oleh teroris sosmed yang dipelihara. Itu diteror. Terornya sangat personal. Ini betul-betul melukai demokrasi. Semua orang yang mengkritik pasti dinista," ucapnya.

Tak hanya itu, Adhie juga mensinyalir Ahok melakukan intervensi terhadap penegak hukum agar kasus-kasus yang membelitnya terutama perkara korupsi tak diusut. Dia menegaskan hal tersebut bertentangan prinsip demokrasi.

"Dia menggunakan kekuataan dan jaringannya untuk membentengi diri dari jangkauan aparat hukum dari berbagai kasus-kasus yang melibatkannya," tandasnya.

Usai persidangan dengan agenda pembacaan sela kemarin, Ahok mengaku tak masalah dia akan lama duduk di kursi pesakitan karena hakim menolak eksepsinya dan persidangan dilanjutkan. Ahok tidak merasa malu karena bukan sebagai terdakwa kasus korupsi.  Bahkan dia menganggap kursi yang didudukinya adalah singgasana.

"Ini mah saya anggap pahlawan demokrasi," ungkapnya.[rgu/rmol]

Hilangnya Jati Diri Seorang Siswa

Sebelumnya

Delapan Butir Maklumat KAMI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Opini