post image
KOMENTAR
MBC. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan bisa menembus angka Rp10 ribu per dolar pada 2013.

"Dolar bisa menembus Rp10 ribu, tapi rupiah akan menguat lagi menjadi Rp9.500 per dolar pada akhir tahun," kata Ekonom dari Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan usai jumpa pers di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, pelemahan nilai tukar rupiah itu bisa mengurangi impor dan meningkatkan ekspor. Meski demikian Bank Indonesia diharapkan melakukan intervensi di pasar valas sehingga nilai tukar rupiah bisa dikendalikan.

Fauzi mengatakan, BI memiliki cadangan devisa yang cukup untuk melakukan intervensi pasar. Hal itu bisa dilakukan bila nilai tukar rupiah terlalu rendah.

"Rupiah jangan sampai tembus Rp10 ribu dulu deh, karena Rp10 ribu kan level psikologis, kuncinya BI mau intervensi apa tidak, kuncinya di situ," katanya.

Pihaknya memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 6,5 persen pada 2013 dan tidak terpengaruh oleh gejolak ekonomi global karena didukung konsumsi domestik yang kuat.

Sementara Fauzi memprediksi BI rate akan naik menjadi 6,25 persen karena adanya peningkatan inflasi pada semester kedua tahun 2013.

Pada awal tahun 2013, Bank Indonesia memutuskan tetap mempertahankan tingkat BI rate sebesar 5,75 persen yang dinilai masih konsisten dengan sasaran inflasi sebesar 3,5 - 5,5 persen.

"Dengan prediksi inflasi yang tetap terkendali dan rendah pada 2013, BI masih mempertahankan BI Rate pada 5,75 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution.

Menurut Darmin, hasil dari evaluasi menyeluruh terhadap kinerja pada 2012 dan prospek tahun 2013 dan 2014 menunjukkan perekonomian Indonesia tumbuh cukup tinggi dengan inflasi yang terkendali.

Ke depan, BI juga akan terus mempererat koordinasi dengan pemerintah untuk mengelola permintaan domestik dan menjaga pertumbuhan ekonomi nasional tetap tinggi. [ant/ans]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi