post image
KOMENTAR
Pasca dugaan penganiayaan yang dilakukan petugas Brimob Jumat kemarin, pagi tadi ratusan warga Mandailing Natal (Madina) menjalani visum di Rumah Sakit Umum Panyabungan, Sabtu (23/3/2013).

120 orang warga yang menjadi korban penganiyaan, sekitar pukul 8.00 WIB ramai-ramai mendatangi Rumah Sakit Umum Penyabungan. Mereka didampingi Jaringan Advokasi Tambang Rakyat Mandailing Natal.

Dihubungi Medanbagus.Com, Koordinator Jaringan Advokasi Tambang Rakyat Mandailing Natal, Miswar Daulay, mengaku ada dari 180 warga yang menjadi korban, 120 orang diantaranya melakukan visum.

"Mereka terluka akibat penganiyaan yang dilakukan petugas Brimob. Mereka dipukuli, diinjak-injak dan ditelanjangi. Bahkan ada korban yang dipukul pakai popor senapan AK 47," ujar Miswar Daulay.

Diketahui, Jumat (22/3/2013), petugas Brimob menahan ratusan warga di lahan perusahaan Sorik Mas Mining di Perbukitan Naga Juang, Mandailing Natal.

Miswar bilang, mereka ditahan saat hendak menduduki kamp perusahaan tambang emas itu. Lalu pakaian mereka dibuka dan dipaksa telanjang dada.

Dengan tangan diborgol mereka dijemur di bawah terik matahari. Beberapa warga karena kelelahan dan rasa sakit terjatuh. Mereka kemudian dibebaskan sekitar pukul 16.00 WIB.



Penangkapan dan penganiayaan yang dilakukan petugas Brimob tersebut akhirya memicu bentrokan. Apalagi foto penganiyaan warga yang ditahan di kamp perusahaan Sorik Mas Mining di Perbukitan Naga Juang itu beredar luas.

Polisi yang menghalangi upaya warga menduduki kamp perusahaan tambang emas dihadang warga. Begitu tiba di Desa Jambur, polisi langsung disambut lemparan batu.

Kendaraan polisi yang sempat tertahan di jalan raya tak luput dari serangan warga. Akibatnya, beberapa kaca mobil milik polisi pecah. Sejumlah wanita dan ibu-ibu histeris meminta suami dan keluarganya yang ditahan segera dibebaskan.

Polisi pun melancarkan aksi balasan. Polisi menembakkan gas ari mata untuk membubarkan warga. Namun, usaha itu tak berhasil. Warga terus melempari polisi menggunakan batu. Karena tak ada kata sepakat, polisi kemudian menarik mundur pasukan untuk menghindari bentrok yang lebih besar.

Konflik yang terjadi antara Perusahaan Tambang Sorik Mas Mining dangan warga di sejumlah desa di Mandailing Natal sudah berlangsung bertahun-tahun. Warga menuntut perusahaan asal Australia yang mendapat kontrak karya pada 1998 itu angkat kaki dari desa mereka. Perusahaan dituding telah merampas tanah yang sejak dulu digarap warga. [ded]

Anak Dan Ayah Keroyok Warga Hingga Tewas Di Medan

Sebelumnya

Ini Obat Cair Yang Digunakan Reynhard Sinaga 'Predator Seksual' Dalam Memperdaya Korbannya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Kriminal