post image
KOMENTAR
Tim Dosen dari Universitas Indonesia (UI) merancang sebuah program pengadaan fasilitas kabin menyusui yang dianggap menjadi solusi bagi ibu yang ingin menyusui bayinya ditempat umum.

Pengadaan kabin menyusui ini dinilai sangat penting mengingat pentingnya kegiatan menyusui bagi kesehatan ibu dan bayi. Sementara pada penelitian berjudul 'Ruang Laktasi di Kota: Kebutuhan dan Keberadaan Ruang Laktasi pada Fasilitas Umum (2012)' oleh tim yang diketuai oleh Rini Suryantini, MSc, hasilnya menunjukkan bahwa fasilitas ruang menyusui ditempat umum masih sangat minim.

"Sementara keinginan para ibu untuk dapat menyusui dengan aman dan nyaman sangat besar," kata Nevinde Rafa,MA, salah seorang anggota tim, Selasa (18/11/2014).

Ia menyebutkan, dari riset sementara yang mereka lakukan, fasilitas bagi ibu menyusui pada tempat umum kerap ditempatkan pada lokasi yang kurang strategis, sehingga menyulitkan para ibu untuk mengaksesnya. Atas dasar inilah tim yang beranggotakan Enira Arvanda,M.Dipl, NEvine Rafa MA dan Rini Suryantini MSc ini menggagas program yang dananya berasal dari Direktur Riset dan Pengabdian Masyaraat Universitas Indonesia (DRPM UI).

"Pada program ini, kami menitikberatkan pada pengadaan fasilitas untuk ruang transit transportasi publik, dikarenakan oleh urgensi dan karakteristik ruang tersebut yang kompleks dan unik, karena manusia di dalamnya tengah berada dalam mobilitas sehingga ada faktor waktu yang sangat menentukan," ungkapnya.

Untuk tahap awal, tim ini akan memilih Stasiun Kota dan Depok Baru sebagai lokasi program karena merupakan stasiun jarak jauh dan stasiun transit yang paling utama dan sibuk, sehingga kebutuhan akan ruang menyusui yang memadai lebih mendesak dari stasiun lainnya.

Kabin menyusui ini dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dan cepat diaplikasikan pada titik-titik tertentu di area stasiun yang dianggap strategis. Kelebihan dari desain kabin adalah dapat mudah diaplikasikan, dapat diduplikasi sesuai dengan kebutuhan (modular), dapat langsung diaplikasikan di area tunggu dengan menggunakan fasilitas eksisiting (tidak perlu merenovasi area), sangat efisien penggunaan volume ruangnya, dapat dibongkar pasang sehingga mudah disimpan apabila tidak dibutuhkan, serta biaya pembuatan modul kabin lebih ekonomis dibandingkan dengan membuat ruang menyusui konvensional.

Studi kebutuhan dan desain awal kabin menyusui portabel telah dikembangkan oleh tim dan diharapkan melalui program pengabdian masyarakat ini dapat direalisasikan prototipenya agar dapat diterapkan dan dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat luas.

Dalam program ini, tim juga menggandeng PT. KAI sebagai partner dalam mewujudkan terlaksananya program pengadaan kabin menyusui. Selain itu, kami juga mendapatkan dukungan yang luar biasa dari AIMI Jakarta dan KRLmania.

"Harapan kami terhadap pengadaan program ini kedepannya adalah mampu menjadikan ruang kota lebih friendly terhadap ibu, anak dan manula. Hal ini dikarenakan selama ini yang mejadi acuan desain sebuah ruang adalah orang-orang sehat dewasa, dan umumnya laki-laki, sehingga well being for everyone menjadi acuan utama dalam proses mendesain area publik di fasilitas umum," demikian Nevine.[rgu]

Inovasi Pemutus Rantai Penularan Tuberculosis Paru Melalui Wadah Berisi Lisol Terintergrasi Startegi Derectly Observed Treatment Shourtcourse (DOTS)

Sebelumnya

Cegah Stunting Melalui Pemberdayaan Masyarakat

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Kesehatan