post image
KOMENTAR
PIKIRAN memang demikian adanya. Ia suka kembara dan melompat kemana-mana. Bisa berada di beberapa titik sekaligus sehingga tak jarang kita terbawa oleh arus pikiran yang liar itu. Bisa luput dari pemahaman pikiran adalah alat bukan tujuan kehidupan. Saking liarnya, kita bahkan bisa tanpa sadar abai bahwa semestinya 'aku' adalah pengendali dari pikiran itu.

Oleh karena itu, pikiran mesti dikendalikan bukan malah mencoba menjauhi dan membencinya. Kita tidak bisa jauh apalagi lari dari pikiran karena sudah menjadi bagian dari kedirian. Apalagi membencinya karena sama saja dengan membenci diri sendiri.

Bagi yang mau melatih pengendalian pikiran, banyak pilihan metode yang tersedia. Ada bermacam pelabelan dari metode pengendalian itu, namun yang terpenting adalah pencapaian yang diperoleh dari metode itu. Sekali lagi, metode adalah cara bukan tujuan.

Eksistensi pikiran bisa diilustrasikan seperti berada di tengah semak belukar. Kalau dilihat penampakan luarnya, maka segalanya kelihatan ruwet, melilit, dan acak. Penglihatan seperti ini terjadi apabila kita belum mengenali dan mempelajari lebih dalam seperti apa 'pikiran' itu. Seperti semak yang tampak di permukaan, pikiran juga punya akar. Keruwetan dan kemelilitan itu adalah pengekspresian dari akar.

Jadi, bagi siapapun yang ingin mengenali dan mengendalikan pikirannya sendiri, semestinya menelisik permukaan semak dengan metode yang dirasa cocok. Penelisikan diarahkan terus masuk ke dalam akar pikiran. Ke dalam inti yang mengoperasikan pikiran.

Memahami akar otomatis memahami ekspresinya. Berpikir mengakar atau radikal. Radikal, sebuah kata yang diblejeti stigma negatif oleh kekuasaan. Agar apa? Agar kita tersesat dalam kebingungan. semak belukar permukaan. Kalau sudah bingung, tinggal digiring kemana kekuasaan itu mau menggiringnya.

 *Praktisi Simbol dan Meditasi

'Orang Kampus' Deadlock?

Sebelumnya

Absurditas "Kami Tidak Takut"

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel TaraTarot