post image
KOMENTAR
KABAR burung 'Kakek Sarung' menyebar kemana-mana. Mulanya, cerita 'Kakek Sarung' masih di seputaran Binjai. Lalu, seperti burung, terbang bebas ke mana suka. Sampai akhirnya, ceritanya sampai juga di Medan. Seperti wabah, 'Kakek Sarung' menular dari mulut ke mulut. Dari kota ke kota. Media massa pun turut menyebarluaskan, tak terkecuali MedanBagus.Com.

Konon kabarnya, si kakek jalan keliling jualan sarung. Menawarkan dagangan dari rumah ke rumah. Barangsiapa membeli sarung dari si kakek segera menemui ajal. Sarung yang dibeli berubah jadi kain kafan, dalam arti harafiah. Konon kabarnya (lagi), si kakek sedang mengamalkan ilmu hitam. Untuk itu, ia memerlukan tumbal nyawa manusia. Melalui sarung, misi mensyahkan kepemilikan ilmu hitam dijalankan. Jadilah si 'Kakek Sarung', paling tidak, beginilah ceritanya, katanya.

Seperti kurang cukup hanya di berita media massa, 'Kakek Sarung' pun lagi nge-tren di medsos. Seperti Facebook dan Twitter, tak sedikit yang berkomentar. Bahkan di jejaring BBM bukan tak sering orang-orang berkirim broadcast 'Kakek Sarung'. Tingtong: kakek sarung. Tingtong, lagi: kakek sarung, lagi. Didorong rasa penasaran, saya pun bertanya ke beberapa orang teman. Mereka ini beberapa kali pernah kirim broadcast ke saya. Hasilnya, saya tak heran, mereka ini tak satu pun pernah mengalami langsung 'peristiwa kakek sarung'. Seperti pada umumnya, mereka hanya dengar-dengar saja. Dari mulut ke mulut. Kabar burung, istilahnya.

Tapi, mengapa kabar burung 'Kakek Sarung' bisa bikin heboh? Bahkan sekelas teman-teman saya yang 'orang kampus' itu juga ikutan heboh. Bisa dibilang panik, malahan.

Sebenarnya, tak ada yang salah dengan kabar burung. Baik kabar burung kakek sarung atau kabar dari burung lain. Namanya juga burung. Suka main kabar-kabaran. Yang menarik dari sini adalah kehebohan masyarakat setiap kali ada kabar burung. Masyarakat kita sedang mengalami paranoid. Paranoid adalah sejenis gangguan mental dimana penderitanya dibayang-bayangi ketakutan atau rasa keterancaman pada bayangan ilusif. Seperti 'Kakek Sarung' yang masih sebatas cerita tapi bisa menimbulkan paranoid massal.

Kalau dicermati, paranoid massal yang terjadi bukan karena 'Kakek Sarung'. Paranoid timbul karena rapuhnya kejiwaan. Sebagai individu, mesti melatih kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Masyarakat kokoh diisi oleh kumpulan individu yang matang. Tidak gampang diombang-ambingkan informasi samar. Kita perlu melatih ketenangan diri. Kalau tidak, hari ini 'Kakek Sarung', besok bisa 'Nenek Sarung' dan besoknya lagi bisa jadi 'Kakek Gayung'. Cerita satu berganti jadi cerita lain.

Kepanikan satu berpindah kepanikan yang lain. Yang terjadi hanya pengulangan. Cerminan dari rasa tidak aman dan nyaman yang laten terendap di kedalaman jiwa masyarakat kita.

*Praktisi Simbol dan Meditasi


'Orang Kampus' Deadlock?

Sebelumnya

Absurditas "Kami Tidak Takut"

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel TaraTarot