Perburuan teroris kembali membuat publik mengalihkan perhatiannya setelah Tim Densus 88 menangkap enam teroris di Batam, kemarin. Yang menghebohkan, para teroris ini ngakunya berencana akan meluncurkan roket ke Marina Bay, Singapura. Singapura geger, heboh, dan panik. Negeri Singa itu langsung meningkatkan keamanan superketat di perbatasan.
Marina Bay atau Teluk Marina adalah sebuah teluk di selatan Singapura. Marina Bay mempunyai beberapa kompleks mewah, hotel, dan kasino. Di wilayah ini pula ada patung merlion alias patung singa berbadan ikan yang merupakan ikon negara itu.
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar menyatakan, keenam teroris itu merupakan anggota kelompok KGR alias Katibah Gigih Rahmat di wilayah Batam, Kepulauan Riau.
Kelompok ini terkait dengan jaringan Bahrun Naim yang kini tinggal di Suriah. Bahrun yang merupakan anggota ISIS disebut polisi mendalangi serangan Bom Thamrin, pertengahan Januari lalu.
Jaringan itu juga terkait dengan pelaku bom bunuh diri di Mapolres Surakarta, Nur Rohman. "Enam terduga teroris ini ada yang berasal dari suku Jawa, Melayu, Batak, Padang dan lainnya. Saat ini mereka masih dalam pengembangan," ujar Boy di Mabes Polri, kemarin. Lima teroris adalah pekerja pabrik. Satu lagi pegawai bank.
Mereka ditangkap sejak kemarin pagi. Yang pertama, ES (35). Dia ditangkap di jalan keluar Perumahan Cluster Sakura, Batam Centre pukul 06.45 WIB. Selanjutnya, tim Densus menangkap GRD alias Gigih Rahmat Dewa (31) di Jalan Daeng Kamboja, Batam Center. "GRD pimpinan kelompok ini," terang Boy.
Lalu, Densus 88 meringkus TS (46) di Jalan Tengku Umar, Nagoya, Batam. Sementara T (21) dibekuk di depan pabrik Panasonic, Jalan Laksamana Bintan. Terakhir, dua teroris HGY (20) dan MTS (19) ditangkap di Jalan Brigjen Katamso, Batu Aji, Batam sekitar pukul 07.53 WIB. Mereka kemudian dibawa ke Mako Brimob Polda Kepri dan diperiksa intensif.
Boy melanjutkan, kelompok ini punya peran menampung dua Uighur di Batam. Saat itu, pelaku bom bunuh diri Surakarta, Nur Rohman ke Batam atas perintah Arief Hidayatullah alias Abu Musab untuk menyeberangkan dua orang WN China suku Uighur, Ali dan Doni, dari Malaysia secara ilegal. Kedua suku Uighur itu kemudian ditampung oleh GRD.
Doni sudah dideportasi. Sementara Ali ditangkap di Bekasi saat malam Natal 2015 bersama Abu Mus'ab. "Ali Uighur dijemput oleh tersangka bom bunuh diri Polresta Solo atas nama Nur Rohman dari Batam ke Bogor dan ke Bekasi, serta dititipkan di Abu Mus'ab di Bekasi," beber Boy.
Peran lainnya, tambah Boy, kelompok ini memberangkatan warga Indonesia ke Suriah melalui Turki. "Mereka juga menjadi penerima dan penyalur dana untuk kegiatan radikalisme yang bersumber dari Bahrum Naim," ujar Boy.
Yang mencengangkan, kelompok ini punya rencana menyerang Singapura dari Batam. "GRD dan Bahrun Naim pernah merencanakan untuk meluncurkan roket dari Batam dengan tujuan Marina Bay, Singapura," ungkap Boy.
Rencana itu diendus polisi dari akun media sosial Facebook kelompok mereka di internet. "Rencana tersebut terungkap dari informasi elektronik dalam akun kelompok mereka," ungkap eks Kapolda Banten itu.
Tak hanya mengincar Marina Bay di Singapura, kelompok itu juga punya beberapa rencana aksi di dalam negeri, termasuk melakukan bom bunuh diri. "Mereka merencanakan penyerangan di beberapa tempat di Indonesia atas perintah Bachrun Naim," ungkap Boy.
Seperti biasa, kantor polisi, tempat keramaian, dan objek-objek vital menjadi sasaran mereka. "Mereka juga menyebarkan dan mengembangkan sel jaringan teroris di seluruh wilayah Asia tenggara," ungkap Boy.
Terpisah, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan, selain menangkap enam teroris itu, menurut Tito, polisi juga menangkap tiga anggota Mujahidin Indonesia Timur di Poso, Sulawesi Tengah. "Ada tiga anggota MIT kami tangkap di Poso," tandasnya.
Singapura yang dijadikan target teroris ini ternyata sudah mengendus juga. Singapura mengaku sudah mendengar rencana aksi serangan roket itu.
"MHA (Kementerian Dalam Negeri) menyadari rencana yang disusun oleh enam terduga teroris yang ditangkap otoritas Indonesia," demikian pernyataan Kementerian Dalam Negeri Singapura, seperti dilansir media Singapura, Channel News Asia dan Reuters, kemarin.
Merespon rencana aksi teror itu, pemerintah Singapura langsung melakukan komunikasi intens dengan Indonesia. "Badan keamanan kami telah berkoordinasi secara saksama dengan otoritas Indonesia sejak temuan rencana serangan ini, untuk mengawasi aktivitas kelompok tersebut dan menahan siapa saja yang terlibat," dalam rilis tersebut. "Kami berterima kasih atas kerja sama yang baik oleh otoritas Indonesia dan aksi mereka menangkap kelompok tersebut."
Negeri singa itu juga meningkatkan pengamanan di perbatasan. Baik di dalam wilayah Singapura, maupun di perbatasan. Menteri Dalam Negeri dan Perundang-undangan Singapura, K Shanmugam menyatakan, situasi ini menunjukkan, ancaman teror terhadap Singapura sangat nyata. Dia meminta warga tetap waspada.
"Hal ini tidak mengejutkan. Saya sudah katakan berulang kali tentang rencana teror yang dibuat di luar Singapura untuk menyerang negeri ini," ujarnya.
"Serangan ini dapat terjadi dari teroris yang berusaha masuk ke Singapura dan serangan itu juga bisa dilakukan dari luar Singapura. Wilayah kita yang kecil menambah risiko," tambah Shanmugam.
Pengamat Terorisme Mardigu WP meragukan rencana penyerangan para teroris. Dia menilai kelompok teroris ini tak akan mampu meluncurkan roket dari Batam ke kawasan perniagaan tepi laut Singapura, Marina Bay.
"Niatnya mungkin benar, tapi mereka nggak akan bisa. TNI aja tidak punya roket begitu jauh dari darat ke darat, bagaimana mereka? Biaya dari mana? Kemudian roket masuk lewat mana?" ujar Mardigu kepada Rakyat Merdeka, semalam.[rgu/rmol]
KOMENTAR ANDA