MBC. Gerakan-gerakan dakwah amar
 ma'ruf nahi munkar Front Pembela Islam (FPI) mestinya disambut baik, 
meski terkadang berujung bentrok.
Sebab keadilan sebuah negara bukan hanya diukur dengan toleransi 
terhadap ketidaksepahaman, tapi juga toleransi terhadap pembangkangan 
otoritas yang mengalami disfungsi.
''Kita mestinya bersyukur dengan kehadiran orang-orang kritis seperti 
Habib Rizieq. Dunia memang penuh dengan orang yang anti ketidakadilan, 
tapi sedikit saja dari mereka yang berani memperjuangkan,'' ujar 
pengamat hukum dari The Indonesian Reform, Martimus Amin Kamis, 
(25/7/2013).
Martimus mengungkapkan itu karena keberadaan tempat-tempat maksiat di 
negara ini sudah merajalela sehingga tidak dapat ditolerir lagi. Tidak 
hanya merusak nilai-nilai keluarga, keberadaan tempat hiburan malam 
menghancurkan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
''Jadi bangsa yang cerdas hidup dalam kondisi negara karut marut ini, 
tentunya lebih membutuhkan sosok dan perjuangan seorang Habib Rizieq 
daripada penguasa maksiat,'' tegasnya seperti dilansir Rakyat Merdeka Online.
Lebih jauh Martimus berpendapat, penegasan Habib Rizieq yang menyebut 
SBY bukan seorang negarawan, tapi seorang pecundang dan penebar fitnah, 
tak bisa memperkarakan kalau SBY tidak secara langsung mengadukannya.
''Di sini kami perlu menggarisbawahi polisi tidak dapat melakukan 
penyelidikan jika tidak ada aduan langsung dari SBY, karena pasal 
penghinaan Presiden sudah dihapus dari KUHP,'' tandasnya. [ans]
																											
									
									
									 
								 
																					
																						
										 
												 
												 
												 
												 
												 
												 
						 
						 
						 
						 
						 
						 
						
KOMENTAR ANDA