post image
KOMENTAR
MBC. Ketika menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) menjelang bulan Ramadhan lalu, Menteri Keuangan Chatib Basri (foto) mengatakan dengan penuh keyakinan bahwa kurs Rupiah akan menguat.

Saat itu, Chatib dinilai berbicara dengan menggunakan bahasa atau kepentingan Bank Dunia selaku kreditur, dan Indonesia selaku debitur. Kreditur khawatir Indonesia akan kesulitan membayar utang dengan bunganya bila APBN banyak terserap subsidi BBM. Bahkan kreditur takut jika Indonesia tidak mampu menambah utangnya pada kreditur. Sebab Indonesia adalah pasar utang Bank Dunia.

Pernyataan Chatib saat itu pun langsung dibantah mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier.

Waktu itu Fuad yakin kurs Rupiah akan melemah, dan menjadi sekitar Rp12.000 per dolar AS.

Fuad, sebagaimana disiarkan Rakyat Merdeka Online, yakin bila harga BBM naik maka akan terjadi inflasi di tengah impor yang sedanng naik tajam sehingga terjadi trade defisit. Akibatnya rupiah akan terdepresiasi untuk menyesuaikan dengan inflasi Rupiah yang dibarengi dengan trade defisit sehingga cadangan devisa menurun. Maka kepercayaan terhadap rupiah anjlok, apalagi hot money ikut pula mengalir keluar negeri. Akibatnya Rupiah semakin melemah.

Waktu berjalan, ternyata pandangan Fuad yang mendekati kebenaran. Nilai tukar rupiah pernah menyentuh Rp12.000 per dolar AS.

Beberapa saat lalu Kamis, (12/11/2013), Fuad kembali menegaskan bahwa nilai tukar rupiah yang melemah saat ini adalah karena akibat langsung dari kenaikan harga BBM, dan bukan karena subsidi.

"Saya benar karena menggunakan teori ekonomi dengan logikanya, sementara Chatib keliru karena membeo apa kata atau arahan Bank Dunia. Sungguh menyedihkan."[ded]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi